Lebih Dekat dengan Rumah Sampah Berbasis Sekolah yang Membina 100 Guru

Lebih Dekat dengan Rumah Sampah Berbasis Sekolah yang Membina 100 Guru

Ketua RSBS, Nur Salim Ridha, memperlihatkan barang berharga yang berasal dari limbah. ayu sabrina / radar tasikmalaya--

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Selama 15 tahun, Komunitas Rumah Sampah Berbasis Sekolah (RSBS) konsisten mengedukasi dan membina siswa serta guru dalam mengolah Sampah di Sekolah-Sekolah di Priangan Timur, mulai dari taman kanak-kanak hingga Sekolah menengah atas.

Ketua RSBS, Nur Salim Ridha, menekankan pentingnya peran sekolah dalam menumbuhkan sikap dan perilaku peduli lingkungan. Sekolah dapat menetapkan peraturan pengelolaan sampah dan menggerakkan tim pelaksana usaha kesehatan sekolah.

"Salah satu permasalahan sampah adalah gagalnya sistem pendidikan di Indonesia. Banyak sampah terlihat setelah mereka sekolah," ujar Ridha.

Menurut Ridha, banyak sekolah hanya menggaungkan slogan "jangan buang sampah sembarangan", padahal mereka bisa berperan lebih dari itu.

BACA JUGA:Kereta Cepat Pecah Rekor Lagi, Whoosh Angkut 24.135 Penumpang Sehari, Dapatkan 12 Promo Wisata Liburan Sekolah

"Sekolah harus memasukkan sampah sebagai bagian penting dalam pendidikan, bukan sekadar jargon," tegasnya.

Ridha menyatakan bahwa lamanya waktu di sekolah tidak serta merta membuat seseorang pintar mengolah sampah atau sekadar membuang sampah pada tempatnya. Dasar dari kepiawaian memilah sampah berasal dari pendidikan formal di sekolah.

Sebagai alternatif pendidikan formal yang dekat dengan alam, Ridha mendirikan Sekolah Alam di Waterboom Sukahaji, Kabupaten Ciamis. Sekolah ini mengutamakan pendidikan karakter pada peserta didiknya.

Selain itu, RSBS juga menerima peserta binaan yang ingin belajar tentang pengelolaan sampah. Pelatihan ini gratis, dengan syarat peserta membawa sampah dari tempat tinggal mereka pada pertemuan awal.

BACA JUGA:Ini 5 Cafe Estetik di Ciamis yang Cocok untuk Nongkrong, Banyak Pilihan Kuliner

"Pelatihan gratis di Sukahaji Waterboom. Sekolah alam kebanyakan tidak berlangsung di kelas. Kelas 4 sudah PKL ke pabrik kerupuk. Kelas 5 wajib live-in di tempat usaha," jelas Ridha.

"Syaratnya membawa sampah yang bisa didaur ulang. Dimulai dari guru, nanti dibuat alat peraga edukasi atau kerajinan," lanjut Ridha.

Tujuan utamanya adalah mengajak masyarakat untuk peduli dan menerapkan reduce, reuse, recycle secara utuh, sesuai dengan slogan RSBS yaitu "Sampahmu Cerminan Akhlakmu".

"Targetnya adalah membina lebih banyak guru. Saat ini ada 100 guru PAUD dari Garut, Malangbong, Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar yang sedang dalam proses pembinaan," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: