“Kalau pun bisa dipaksakan dengan segala cara, akan sangat berat memikulnya. Malah bisa membuat hancur binas badan ini terhimpit bangunan masjid,” kata Abu Nawas.
“Aku belum paham maksudmu?” sela sang raja.
“Selama ini baginda terlalu memaksakan memikul beban berat yang tidak prioritas. Beban yang harusnya baginda pikul adalah bagaimana rakyat negeri baginda terurus dengan baik,” suara Abu Nawas terdengar lembut.
“Memaksakan melakukan hal yang tidak rakyat inginkan jadi prioritas, mirip seperti memikul bangunan masjid ini di pundak. Jika dipaksakan baginda akan terhimpit, bahkan binasa,” tukas Abu Nawas.
Raja tersentak mendengar perkataan sahabatnya itu.
Dia akhirnya mengakui kekeliruan yang sudah dilakukannya. Melupakan janji-janji kepada rakyatnya, dan membuat rakyatnya menderita.
“Wahai rakyatku, hari ini aku sadari kekeliruanku. Aku terlena dengan ambisi fatamorganaku. Maafkan aku, dan aku janji di ujung masa bertahta ini akan kuperbaiki semuanya,” seru sang raja.
Gegap gempitalah gemuruh dan sorak ribuan rakyat di depan istana itu. Mereka senang rajanya sudah sadar dari kekeliruannya. Klik di sini untuk Kisah Lucu Abu Nawas yang lain.