Raih Gelar Profesor di Usia 33 Tahun, Ibnu Sina Chandranegara Jadi Guru Besar Hukum Termuda

Rabu 14-06-2023,04:33 WIB
Reporter : Ruslan
Editor : Ruslan

Bersama kolega, Ibnu Sina berhasil menunjukkan praktik privatisasi dan komersialisasi air yang ternyata merugikan rakyat.

”Sejak awal meniti karier sebagai dosen, saya memang berfokus dan mempersiapkan diri di bidang hukum tata negara. Aktivitas Tridharma Perguruan Tinggi saya (Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat), juga berfokus di bidang HTN,” kata Ibnu Sina.

Capaian menjadi guru besar, menurut dia, tidak terlepas dari dukungan institusi tempatnya bekerja. Mulai dari karier awal sebagai dosen, dirinya terus dibimbing hingga penyusunan karya ilmiah oleh guru besar di UMJ. 

Selanjutnya terus dilakukan pendampingan dalam penyusunan strategi hingga mendapatkan pembiayaan secara mandiri oleh perguruan tinggi.

BACA JUGA: SUDAH Resmi Gabung Persib, Penyerang Asing Persib Punya Kaitan dengan Neymar Jr, Walah Keren Banget

Universitas Muhammadiyah Jakarta juga sangat menyederhanakan urusan administrasi dan birokrasi. Sehingga, ia bersama rekan-rekan dosen bisa fokus meniti karier dan terus meneliti.

”Saya lektor kepala tahun 2018, cukup lama diangkat ke guru besar. Yang penting ada dukungan institusi dan budaya feodalisme di institusinya terkikis dan sudah lumer sehingga stigma profesor di usia muda tidak jadi hambatan secara persepsi akademik,” ucapnya.

Bagi yang ingin mengikuti jejak menjadi guru besar di usia muda, Ibnu Sina membagikan 4 tips sukses menjadi guru besar.

Yaitu manajemen karier yang konsisten, perbanyak membuat karya ilmiah dan selalu produktif menulis jurnal dan atur rencana strategis secara jangka panjang.

BACA JUGA: 5 Kelebihan Alberto Rodriguez, Bek Asing Persib Pilihan Luis Milla yang Jadi Tandem Ideal Nick Kuipers

Kombinasi 4 tips tersebut ia contohkan seperti saat menulis jurnal. Jurnal tidak hanya harus ditulis secara baik isi dan gaya penulisannya, tapi juga di waktu-waktu yang tepat dan tidak banyak pesaing seperti saat liburan kuliah maupun akhir tahun.

Begitu pula saat menjadi narasumber acara maupun seminar yang menjadi kegiatan rutin dosen. Jangan hanya membuat power-point, tapi rancanglah esai sepanjang 5-7 halaman. Esai tersebut nantinya dapat diolah menjadi jurnal dan penelitian.

”Menjadi guru besar tidak hanya tentang kecerdasan, tetapi juga tentang strategi. Misalnya ketika liburan kuliah, atau akhir tahun saat orang-orang Eropa sedang libur musim dingin, kita manfaatkan untuk menulis jurnal sehingga saingannya berkurang,” kata dia.

”Begitu pula ketika menjadi narasumber acara, jangan buat power-point tapi buat esai 5-7 halaman. Ketika itu konsisten dilakukan, maka mimpi yang kita rancang bisa tercapai,” tambah dia.

BACA JUGA: 2 Rute Perjalanan Tasik-Jakarta via Darat Tanpa Jalur ‘Horor’ Tanjakan Gentong

Profesor Tak Harus Berambut Putih

Kategori :