BACA JUGA:Mau INSENTIF Kartu Prakerja Cair? Yuk Lakukan Ini!
Selain spesies burung, binatang lain baik yang asli dari hutan Wonosadi maupun didatangkan seperti kera ekor panjang, berbagai macam ular, musang dan landak, juga ada.
Segudang kekayaan ekosistem Hutan Adat Wonosadi ini tidak lepas dari ikhtiar kuat masyarakat setempat dalam melestarikan hutan. Sikap kritis dari masyarakat setempat kian tumbuh.
Terlebih Gerakan Sadar Wisata diwujudkan melalui hadirnya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang menjadi aktor penggerak kepariwisataan Hutan Adat Wonosadi.
Pokdarwis yang didalamnya para pelaku kepariwisataan memiliki kepedulian dan tanggung jawab kuat. Pokdarwis juga melakukan pengembangan kepariwisataan yang sandarkan atas potensi lokal.
BACA JUGA:Waspada Kosmetik Share in Jar, Termasuk Kategori Produk Ilegal
Berkaca dari sikap masyarakat sekitar Hutan Adat Wonosadi, cukup membakar semangat para tokoh Desa Dumaring. Mereka bahkan sudah siap bertransformasi baik sosial, budaya dalam meningkatkan ekonomi desa.
Andre, selaku Ketua LPHD (Lembaga Pengelola Hutan Desa) Dumaring, dalam kesempatan diskusi menyampaikan, tiap daerah atau desa perlu mencermati potensi yang dimiliki.
Dia menyadari, untuk mengembangkan desa agar memberikan nilai manfaat serta menghasilkan produktivitas yang tinggi, butuh usaha dan kekompakan.
“Pangkalnya adalah kekompakan yah pak? Kami melihat, masyarakat di sini punya kesepakatan bersama. Ini yang harus kami tiru,” ulasnya yang disampaikan kepada tokoh adat dan tokoh masyarakat pengelola Hutan Adat Wonosadi.
Mengakhiri kunjungan, Kepala Tokoh Adat Dumaring, Asri, tampil menari sekadar mencairkan suasana. Tanpa dikomando, ketika alat musik tabuh bambu --menyerupai kendang-- dimaikan, Bapak Adat –begitu akrab dipanggil--, langsung melenggak-lenggok menari khas suku dayak.
Pembangunan wisata alam yang telah berjalan di Desa Dumaring kini kian menguat. Tokoh adat dan tokoh masyarakat Desa Dumaring bakal memperkokoh pemanfaatan jasa lingkungan (jasling).
Sekadar diketahui, sudah tiga tahun terakhir ini, seluruh program di Desa atau Kampung Dumaring merupakan buah karya kolaborasi Pemerintah Kampung Dumaring, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Berau Pantai dan program kerja sama konservasi Aksenta dengan Belantara.
Konsen di 2023, garapan fokus pada perlindungan hutan dan pengembangan wisata di Tanah Pati Raja yang dikenal sebagai Tanah Adat Dumaring.
Sejalan program ini, juga dilakukan perlindungan dan pengembangan wisata sempadan dua aliran Sungai Utama (Sungai Bakil dan Sungai Dumaring) serta Eco Edu Forest di Hutan Desa Dumaring dengan sokongan pendanaan jangka panjang dari Kuala Lumpur Kepong Bhd (KLK).