Tokoh Adat Kampung Dumaring Melihat Pengembangan Desa Wisata di Hutan Adat Wonosadi

Sabtu 11-03-2023,21:45 WIB
Reporter : Tiko Heryanto
Editor : Tiko Heryanto

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Pengembangan desa wisata sebagai bentuk percepatan pembangunan desa secara terpadu, terus digelorakan tokoh masyarakat, aparat Pemerintah Desa dan tokoh adat Kampung Dumaring, Kecamatan Talisayan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.  

Bersama dengan Aksenta, sebagai inisiator dan pengelola program, --konservasi hutan lewat mengintegrasikan pemanfaatan jasa lingkungan (jasling) pariwisata alam dengan perlindungan hutan--, para tokoh mendatangi berbagai tempat kawasan wisata di Yogyakarta. 

Seperti ke Hutan Adat Wonosadi di Padukuhan Duren, Kalurahan Beji, Kapanewon Ngawen, Kabupaten Gunungkidul.

Di lokasi ini para tokoh adat baik dari Kampung Dumaring bersama pengelola dan pengembangan desa wisata Hutan Adat Wonosadi berbagi pengalaman. Tokoh Adat Kampung Dumaring, Muhammad Asri, merasa takjub melihat salah satu hutan yang masih asri dan terjaga kelestariannya.

BACA JUGA:Sampah Pemicu Bencana Iklim Pemanasan Global, Kota Tasik Perlu Adopsi Eco Enzyme

Demikian juga tokoh masyarakat Dumaring lainnya terus menggali pelajaran soal pengembangan desa wisata. 

“Ketika hutan gundul, kami merasakan kerugian yang besar. Erosi terjadi. Bebatuan dari hutan adat ini menggelinding ke perkampungan. Itu membuat warga ketakutan,” kisah Slamet, salah satu pengelola Hutan Adat Wonosadi. 

Kegetiran yang dirasakan masyarakat, sambung dia, sekitar 10 tahun lamanya kehidupan sosial dan ekonomi sangat terpuruk. 


Tokoh masyarakat, aparat pemerintah Desa Dumaring dan Tokoh Adat Kampung Dumaring saat memasuki kawasan Hutan Adat Wonosadi.-Tiko Heryanto-radartasik.disway.id

“Warga harus membeli air untuk kebutuhan harian. Ini karena sumber mata air dari hutan ini sama sekali hilang ketika manusia sewenang-wenang,” ulas Slamet.

BACA JUGA:Jangan Gagal Dapat Bansos Ramadan Ketahui Penyebabnya, Coba Cek Lagi Nama Anda!

Kesengsaraan akibat hilangnya sumber mata air, menyadarkan masyarakat Padukuhan Duren, Kalurahan Beji. Singkatnya masyarakat sepakat untuk menghijaukan kembali kawasan hutan. 

“Semua warga membawa pohon, bibit atau benih kemudian berbondong-bondong ditanam. Sejak itu kami intens memelihara dan membuat perhimpunan,” beber dia.   

Usaha mewujudkan Hutan Adat Wonosadi tercipta. Hutan ini menjadi kawasan Jungle Tracking pegunungan. Rombongan dari Desa atau Kampung Dumaring menyempatkan menyusuri Hutan Adat Wonosadi. 

Di dalam hutan disuguhkan berbagai satwa dan tanaman liar. Bahkan satwa langka dan dilindungi spesies burung ada di dalam ekosistem hutan adat. Seperti burung elang brontok, kutilang, kepodang, cucak rowo, pentet, termasuk burung anis merah.

Kategori :