Lautaro Martinez juga marah terjadi karena wasit melakukan kesalahan fatal dengan tidak melakukan tinjauan VAR atas gol Francesco Acerbi yang dianulir wasit.
Wasit Juan Luca Sacchi sudah meniup peluit tanda terjadi pelanggaran karena Roberto Gagliardini seperti mendorong pemain Monza sebelum Francesco Acerbi menyundul bola.
Tetapi dalam tayangan ulang terlihat tidak terjadi pelanggaran karena dua pemain Monza tersandung satu sama lain.
Wasit tidak melakukan tinjuan VAR karena sudah meniup peluit sebelum gol terjadi, berdasarkan peraturan, VAR tidak dapat mengintervensi karena tidak memenuhi syarat sebagai gol yang dianulir.
“Itu membuat perbedaan besar, karena insiden itu akhirnya mengubah permainan. Seperti yang dikatakan pelatih kepada kami di ruang ganti, setelah empat atau lima tahun VAR jika mereka masih belum melakukannya dengan benar, maka semuanya menjadi tidak jelas,” ucap Lautaro Martinez kepada Sky Sport Italia dan DAZN.
“Saya pribadi tidak mendukung VAR, ketika itu dimulai saya tidak mendukung dan saya juga tidak sekarang, tetapi ini baru dalam sepak bola dan kami masih beradaptasi,” lanjutnya.
“Itu harus digunakan dengan benar, jika tidak maka akan merusak segalanya. Bukan hanya karena hari ini menyakiti kami, tetapi karena itu tidak baik untuk sepak bola,” kecam Lautaro Martinez.
“Kami seharusnya menyelesaikan pertandingan lebih awal setelah babak pertama yang hebat dan seharusnya melakukannya lebih baik di babak kedua,” ungkapnya.
“Tetapi faktanya wasit tetap harus menunggu tiga detik sebelum meniup peluit. Kami diberitahu pada awal musim untuk mengharapkan wasit dan asisten menunggu beberapa detik,” jelasnya.
Hasil imbang 2-2 melawan Monza terjadi hanya beberapa hari setelah Inter Milan mengalahkan Napoli dan membuka lebar perburuan Scudetto.
“Kami tahu tiga tim di depan kami kuat dan dalam performa bagus, jadi mengingat poin yang kami jatuhkan di awal musim, kami tidak boleh kalah lagi,” tutur Lautaro Martinez.
“Kami hanya harus menundukkan kepala dan terus bekerja. Saya percaya pada Scudetto, jalan masih panjang, tapi kami harus banyak berkembang,” harapnya
Disisi lain, Hasil imbang ini sangat disyukuri pelatih Monza, Raffaele Palladino, ia berterima kasih kepada para pemain karena mereka tidak pernah menyerah dan mengaku tahu ada atmosfer magis di Stadion U-Power yang penuh sesak.
Monza menjadi klub pertama yang promosi ke Serie A tapa mengalami kekalahan melawan Inter Milan dan Juventus sejak Mantova melakukannya pada musim 1961-62.
“Ini adalah hari yang luar biasa yang akan hidup lama dalam ingatan kami, para penggemar, staf, dan pemain,” kata Raffaele Palladino kepada Sky Sport Italia dikutip dari Football Italia.
“Stadion penuh sesak, saya bisa merasakan bahkan sebelum kick-off bahwa ada atmosfer magis dan para suporter pantas mendapatkan malam seperti ini, melawan tim Inter yang memenangkan Scudetto dua tahun lalu dan baru saja mengalahkan Napoli,” terangnya.