"Di sana, semua orang sama. Pada masa ayah saya, itu adalah lapangan tanah. Pada masa saya, itu adalah aspal. Pada awalnya, saya bermain tanpa alas kaki, dengan kaki berdarah. Kami tidak punya uang untuk membeli sepatu yang layak,” kenangnya.
"Saya kecil, tapi saya menggiring bola dengan kekejaman yang berasal dari Tuhan. Menggiring bola selalu merupakan sesuatu di dalam diri saya. Itu adalah naluri alami,” jelasnya.
"Dan saya menolak untuk menundukkan kepala saya kepada siapa pun. Saya akan memanjakan para pengedar narkoba, para supir bus, para pencuri. Saya benar-benar tidak menyerah. Dengan bola di kaki saya, saya tidak takut," akunya.
Antony kemudian menjelaskan bagaimana kemampuan menggiring bolanya memungkinkan dia menghilangkan tekanan di lapangan.
"Saya pergi dari daerah kumuh ke Ajax ke Manchester United dalam tiga tahun. Orang-orang selalu bertanya kepada saya bagaimana saya bisa 'memutar kunci' begitu cepat,” ujarnya.
“Sejujurnya, itu karena saya tidak merasakan tekanan di lapangan sepak bola. Tidak takut. Ketika Anda dewasa setelah harus melompati mayat hanya untuk pergi ke sekolah, Anda tidak bisa takut pada apa pun di sepak bola," pungkasnya.
Antony saat ini sedang dipersiapkan menjadi calon bintang di Piala Dunia di Qatar 2022 setelah mengamankan tempatnya di skuad Brasil .
Meski Brasil menjadi favorit, Antony menegaskan mimpinya bukanlah untuk memenangkan Piala Dunia, mengklaim Ballon d'Or atau Liga Champions .
Dia menggambarkan mimpinya adalah untuk "membawa orang tua saya keluar dari favela" atau "mati saat berusaha".
Antony pergi dari favela ke Manchester United hanya dalam waktu tiga tahun setelah mencetak gol untuk Sao Paulo di final Paulista 2019, menjadi bermain di Liga Champions untuk Ajax.
Selama bermain di Ajax, Antony membelikan ibunya Range Rover merah, mobil yang dia janjikan padanya saat masih kecil.
Setelah membeli mobil, dia menoleh padanya dan berkata: "Kamu lihat? Sudah kubilang aku akan menaklukkan. Dan aku menaklukkan".
Di tempat lain, pemain sayap United itu juga mengambil kesempatan untuk membalas Paul Scholes yang mencapnya sebagai "badut" bulan lalu setelah Antony pamer skill saat menang atas Sheriff Tiraspol.
Namun mantan pria Ajax itu menjawab dengan mengatakan: "Jika Anda mengira saya hanya seorang badut, maka Anda tidak mengerti cerita saya”.