JAKARTA, RADARTASIK.COM— Miris, penderita gagal ginjal akut rata-rata balita di bawah 5 tahun. Sebanyak 55 persennya meninggal dunia dunia.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, penderita gagal ginjal akut rata-rata balita di bawah 5 tahun mulai ditemukan Januari hingga Oktober 2022.
Mirisnya, sebanyak 55 persennya dari penderita gagal ginjal akut itu meninggal dunia.
"Pertama kita lihat kejadian ini banyak menyerang terutama balita dibawah 5 tahun," jelas Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, saat konferensi pers di Gedung Kemenkes RI, Jakarta Selatan, Jumat 21 Oktober 2022.
Budi Gunadi Sadikin mengatakan, gejala gagal ginjal akut pada balita pertama kali mengalami demam.
"Selanjutnya kita lihat gejala klinisnya apa? Dimulai dari demam, kehilangan nafsu makan dari bayi-bayi ini," sambung Budi Gunadi Sadikin.
Namun kemudian, gejala gagal ginjal akut pada balita terparah yang dialami balita penderita gagal ginjal akut adalah kesulitan buang air kecil.
"Kemudian yang spesifik dari ginjal, mereka itu tidak bisa buang air kecil atau unurine," imbuh Budi Gunadi Sadikin.
Hingga bulan Oktober 2022, terdapat 241 terinfikasi mengalami gagal ginjal akut pada balita di bawah usia 5 tahun.
"Ini terjadi pengikatan mulai bulan Agustus. Jadi gagal ginjal akut ini normal, sering terjadi tapi jumlahnya kecil, perbulan tuh cuma 1 atau 2, jadi enggak pernah tinggi," kata Budi Gunadi Sadikin.
Budi Gunadi Sadikin menyebutkan pada bulan Agustus ditemukan 36 kasus penyakit gagal ginjal akut. Hal ini membuat pihaknya langsung bergerak untuk mengetahui apa penyebab dari lonjakan itu.
"Nah kita mulai lihat ada lonjakan itu di bulan Agustus, naik sekitar 36 kasus. Sehingga begitu ada kenaikan kita mulai lakukan penelitian, penyebabnya apa," jelas Budi.
"Di bulan September melihat data ini, Kemenkes melakukan penelitian penyebabnya apa," lanjut Budi Gunadi Sadikin.
Budi Gunadi Sadikin mengatakan agar masyarakat tak perlu khawatir. Jika mengalami gejala gagal ginjal akut pada balita, Budi menyarankan agar pergi ke dokter terdekat.
"Cara yang paling gampang adalah konsultasi ke dokter terdekat dan sudah kita pastikan dokter tersebut terkonfirm dan bisa memberikan judgement secara medis dan enggak perlu panik," tandas Budi Gunadi Sadikin. (jun/radarcirebon)