Everyday Mandarin
Satria hanya ada di wayang. Wayang ga bisa didenda, dimutasi, apalagi dibui. Dia hanya wayang. Hanya selembar kulit, kertas, lakon, atau kantong (potehi).
AnalisAsalAsalan
Tulisan Abah "Penyesalan Panggung" di-take down; ditarik atau sejenisnya? Menurut analisis saya TIDAK. Mengapa? Karena tim IT Disway beberapa kali membuat "kesalahan" serupa -- komen hilang. Jadi, hilangnya posting tersebut biasa saja. Bisa saja Abah posting lagi, namun: 1. Nanti komentar yang sudah masuk bagaimana? Pasti banyak pertanyaan juga. 2. Toh, di edisi Disway cetak tetap ada. Apalagi banyak yang mengcopy tulisan Abah. "Wes, Jarno ae (biarkan saja)," kira-kira seperti itulah pemikiran Abah. Wah, saya jadi pembaca pikiran orang nih. Hahahahaha.
LukmanbinSaleh
Dulu TNI yg merasa superior. Arogan, represif. Tp mereka d reformasi. Kewenangannya dpangkas. Alhasil. Kita lihat sekarang. Bagaimana rakyat merasa nyaman dg TNI. TNI menjadi lembaga yg paling dipercaya publik. Dg resep yg sama. Sy yakin Polri juga bisa berubah. Pangkas organisasinya. Pangkas kewenangannya. Polisi cukup sampai tingkat kabupaten sj (Polres). Tdk perlu Polda. Kemudian ada polisi pusat yg berdiri sendiri. Terpisah dr polisi daerah. Tugas polisi daerah mengurus kasus2 umum. Tugas polisi pusat mengurus kasus2 besar bersekala nasional. Dan menindak polisi2 daerah yg melanggar hukum. Seperti KPK yg sekarang lah kira2 untuk bidang korupsi. Kalau sudah begini. Sy yakin polisi akan berubah drastis spt TNI. Polisi daerah tdk akan sewenang2 krn organisasi dan kewenangannya tdk sebesar skrg. Polisi pusat juga demikian. Tidak berani macam2 krn organisasinya kecil. Mudah d awasi publik...
agus rudi Purnomo
2 orang supporter yang turun pertama kali masuk lapangan juga harus bertanggung jawab, jadi pemicu lainnya. Padahal sudah ada tulisan larangan atas tiap pintu masuk dilarang membawa flare, dilarang melintasi pagar tribun. Bahaya buta huruf sangat dahsyat, atau peraturan memang dibuat untuk dilanggar. Kalian harus minta maaf sudah membuat saudara2 kita menjadi catatan sejarah kelam dunia sepakbola. Semoga semua korban Husnul. Khotimah. Aamiin ya rabbal Alamin.
Er Gham
Dua orang masuk, diikuti ratusan, untuk kasih semangat. Selama 20 menit mereka di lapangan tidak terjadi serangan ke pemain. Itu investigasi awal komnas ham, bisa cek google. Kemudian ada rusuh, penonton di lapangan dengan petugas. Tidak jelas bagaimana cerita sebenarnya. Selanjutnya, ada 'skak mat', kartu mati, fakta yang tidak terbantahkan, yang haram dilakukan, yaitu penggunaan gas air mata. Petugas mungkin berada di jalan yang benar sebelum itu. Namun saat digunakan barang terlarang itu, itu menjadi point utama. Silakan gunakan pentungan, untuk menakut nakuti, tapi jangan gunakan barang terlarang itu.
Johan
Yang harus pertama mengaku salah dan minta maaf adalah suporter pertama yang turun ke lapangan setelah usainya pertandingan Arema FC vs Persebaya. Mana orang itu? Adakah orang itu minta maaf dan mengaku bersalah? Tragedi ini bukan tentang jam tayang dan kapasitas penonton. Tapi ini tentang ada yang meng"trigger" aparat melakukan tindakan represif, yang menimbulkan "collateral damage" yang begitu besar. Tetap fokus dan jangan dipolitisasi tragedi ini.
Mirza Mirwan
Terkait raibnya CHD edisi "Penyesalan Panggung" kemarin, menurut dugaan saya, semata-mata disebabkan "kesalahan teknis". Bukan karena, misalnya, Pak DI minta agar dihapus karena "merasa pekewuh" (tak enak hati) pada polisi. Dugaan saya itu hanya berdasarkan kejadian kapan hari itu, di mana ada sekitar 30-an komentar raib. Dan kemarin itu bukan lagi sekadar hampir 50-an komentar yang raib, tetapi sekaligus CHD-nya. Tentang "Seratus orang dibunuh polisi" yang ditulis Pak DI, sudah jelas Pak DI menyebutkannya sebagai bunyi sebuah spanduk di stadion di Eropa. Pak DI sekadar mengalihbahasakan saja. Media berita di Barat juga tidak satupun yang menulis -- dalam arti beropini --seperti bunyi spanduk itu. Tetapi, memang, "More than 100 people killed by the police" itu lantas menyebar di socmed. Spanduk "More than 100 peoplen killed by the police" itu sendiri bikinan fans Bayern München. Mereka membentangkannya di stadion Allianz Arena, München, 4/10, saat klub kebanggaan mereka berlaga menghadapi Viktoria Plseň dari Ceko (Czech) dalam Liga Champion, grup C. Pertandingan itu dimenangkan Bayern München dengan skor 5-0. Spanduk tadi dibentangkan oleh fans yang berada di tribun belakang gawang. Ada spanduk lain yang dibentangkan deretan fans di kursi depan (bawah). Ada beberapa hurup yang tertutup kepala pemain di lapangan. Tetapi sepertinya berbunyi "Remember the dead of Kanjuruhan".
hariri almanduri
Pengakuan Sang Komandan Ia tak pernah membayangkan intruksi kepada anak buahnya menjadi penyebab ratusan orang meninggal dunia di tribun penonton. Si Komandan polisi mengakui bahwa dirinya yang memberikan perintah untuk menembakkan gas air mata kearah suporter di tribun stadion. "Saya memerintahkan tabung gas air mata untuk ditembakkan ke tribun. Saya tidak mengatakan berapa banyak. Saya tidak pernah membayangkan konsekuensi yang menghancurkan itu." Ucapa Komandan Jorge de Azambuja, penanggung jawab keamanan Stadion Nacional Peru, tempat pecahnya tragedi yang menewaskan 328 suporter pada 24 Mei 1964