ACAB dan 1312 mungkin bisa segera dihapus. Tapi makna di balik itu melekat sudah sangat dalam.
Merombak cara lama kadang menyakitkan, tapi masa depan tidak bisa menanti. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 8 Oktober 2022: Satria Kanjuruhan
Isa Milis
Kekecewaanku semakin memburat. Terhadap sosok pemegang gas air mata Satu dua boleh disebut oknum Namun sepuluh seratus pastilah institusi Tidak bawahan tidak atasan sama semua Hanya menunggu waktu untuk terbuka topengnya Sambo sambo pembunuh yang bengis Buta hati nurani berlumur benci dan harta haram Kapankah datangnya pertolonganMu? Untuk mengganti satu generasi mereka Untuk membangun kembali institusi baru pengayom masyarakat Yang menegakkan kebenaran dan keadilan Yang berhati nurani dan berbelas kasih Bukan hanya prediktif tanpa nurani dan kebenaran Bukan hanya responsibilitas tanpa nurani dan kebenaran Pun bukan hanya transparansi tanpa nurani dan kebenaran Namun kebenaran dahulu, keadilan dulu, hati nurani dulu, kejujuran dulu, baru presisi atau apalah slogannya
No Name
Pintu dan tangga stadion tak mampu meminta maaf!
Ujang Wawa
Puiai cinta luar biasa,yang memilih dan memuatnya, pastilah juga bercita rasa tinggi. Kalau ketum PSSI atau Kapolda Jatim membacakan dulu puisi ini, lalu menyatakan mundur, mungkin ksatria tidak akan ada hanya dalam pewayangan
Mirza Mirwan
Investigasi The Washington Post yang diberitakan Kamis, 6/10, sebagiannya adalah hasil analisis para pakar pengendalian massa dan advokat hak-hak sipil atas sekitar 100 video dan foto. Secara eksplisit hal itu ditulis di paragraf ke-4. "Ulasan (ini) -- berdasarkan pemeriksaan lebih dari 100 video dan foto, wawancara dengan 11 saksi, dan dianalisis oleh para pakar pengendalian massa dan advokat hak-hak sipil -- mengungkapkan bagaimana penggunaan gas airmata oleh polisi dalam merespon ratusan fans (Arema FC) yang turun ke lapangan menyebabkan gelombang besar (a huge surge) di ujung tenggara (pintu 13) stadion Kanjuruhan, di mana para survivor bilang sebagian besar kematian terjadi." Dari investigasi WP itu tercatat ada sekitar 40 kali tembakan gas air mata dalam waktu 10 menit, kebsnyakan ke arah tribun di sektor pintu 11, 12, dan 13. Diketahui juga bahwa peluit akhir pertandingan pk. 21.39, lalu pk. 21.45 beberapa fans Arema FC turun ke lapangan. Lima menit kemudian polisi mulai menembakkan gas airmata. Saya kira Rebecca Tan, Joyce Sohyun Lee, Sarah Cahlan, Imogen Piper, dan Aisyal Llewellyn tidak turun langsung ke Malang. Yang turun langsung ke Malang adalah kontributor WP: Adi Renaldi dan Winda Charmila, sebagai mana ditulis di akhir berita. Mongomong, CHD hari ini nanti raib kayak kemarin, nggak, ya!
Er Gham
Jika kondisi tidak mendukung, biarkan saja para wartawan asing yang melakukan investigasi langsung. Dan kita baca informasi terbaru dari media asing. Kan tidak mungkin membredel media asing. Paling hanya protes saja. Media lokal juga pasti ewuh pakewuh, berhati hati, dalam pemberitaan. Tulisan tulisan Abah juga tidak masuk ke tengah masalah. Abah lebih memilih untuk 'melipir' dari luar, sisi lain dari suatu kejadian. Seperti tentang bahasa bola, aremania, anto baret, fanatisme, puisi duka keluarga korban. Ditunggu tulisan Abah yang lain seputar tragedi kanjuruhan, sambil menunggu hasil investigasi tim independen.
Mbah Mars
Ada dua polisi yang masih culun. Belum lama berdinas. Baru saja selesai pendidikan. Ehh mereka tertangkap kamera menjilati kue utah TNI di dalam mobil. Lhadalah. Gara-gara perbuatan itu mereka dipecat. Lha mbokya dibina dulu. Itu kan hanya kenakalan remaja yang masih lupa akan statusnya yang sudah menjadi polisi. Wis angel...angel. Yang terang-terangan menyebabkan meregang nya ratusa nyawa itu yang pantas dipecat dari POLRI dan dijebloskan penjara.