Sementara terkait data kerusakan, dikatakan dia, masih terus dilakukan pendataan instansi terkait. “Untuk kerusakan sendiri hari ini (kemarin) masih terus dievaluasi oleh teman-teman Disperkim,” akunya.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut telah menetapkan status tanggap darurat bencana selama tujuh hari terhitung Jumat lalu.
Pemkab Garut juga sudah mendistribusikan bantuan logistik untuk korban banjir bandang di Pameungpeuk. Satu truk bantuan berisi makanan cepat saji hingga peralatan seperti selimut dan alat kebersihan dipasok.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum meninjau dan menyerahkan bantuan untuk warga terdampak bencana banjir di Kecamatan Pameungpeuk hari Sabtu. Uu ingin memastikan penanganan berjalan optimal.
Uu juga menyerap aspirasi masyarakat agar bencana serupa tidak lagi terjadi. “Kehadiran saya ke sini adalah ikhtiar untuk mencari solusi bagaimana supaya tidak terulang kembali,” tuturnya.
Selain itu, Uu menyarankan agar masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana pindah ke tempat lebih aman.
“Saya menyampaikan hari ini mudah-mudahan ada yang terpikir untuk pindah ke tempat lain yang lebih aman lagi,” harapnya.
Diberitakan sebelumnya, bencana alam yang mendera Kabupaten Garut bagian selatan selain menimpa Kecamatan Pameungpeuk, juga menimpa empat kecamatan lainnya.
“Dari lima kecamatan, bencana alam paling parah menimpa di Kecamatan Pameungpeuk. Jadi kita sekarang masih menghitung jumlah kerugian, kemudian melakukan langkah-langkah penanganan banjir bandang dan longsor di Garut Selatan,” ungkap Wakil Bupati dr Helmi Budiman kepada wartawan saat meninjau lokasi di Kecamatan Pameungpeuk.
Disampaikan dia, dalam bencana alam ini terdapat dua kategori. Yakni terdampak dan kerusakan. Seperti di Kecamatan Pameungpeuk, dari 1.600 rumah yang terdapak hanya 2 di antaranya hancur.
Rata-rata rumah yang terdampak dan mengalami kerusakan berada di sepanjang aliran Sungai Cipalebuh. “Kita juga akan koordinasi dengan provinsi karena sungai ini ada di bawah provinsi,” terangnya.
Banyaknya jumlah rumah yang terdampak, menurut Helmi, belum memungkinkan untuk dilakukan relokasi.
Untuk mengantisipasi meluapnya air Sungai Cipalebuh ke pemukiman warga, pihaknya akan melakukan perbaikan dengan pemasangan bronjong.
“Biayanya cukup mahal (relokasi, Red), karena rumahnya cukup banyak di sepanjang aliran sungai. Pilihan paling rasional dengan bronjong,” pungkasnya.