WahyudiKando
Mulai hari ini saya rubah pola membaca CHD, Baca Komentator pilihan Dato' DI untuk release hari kemaren, baru setelah itu baca CHD yg baru release. Pola Sebelumnya, baca release terbaru, setelah itu baru baca release hari kemaren. Discket otak suka ta nyambung at terkesan ada teracak. Hahaha Apakah Komentator ada yg seperti saya...? Salam Sehat Selalu Dato' DI
Budi Utomo
Presiden diciptakan oleh USA sebagai head of state yang menggantikan raja/ratu. Selain itu founding fathers USA menggabungkan head of government dengan head of state di tangan seorang presiden. Di sistem demokrasi parlementer, head of government biasanya dijabat prime minister / perdana menteri. Monarki parlementer memisahkan head of state dengan head of government. Yang satu di tangan raja/ratu, yang lain di tangan perdana menteri. Indonesia jelas meniru USA. Sistem presidential ada plus minusnya. Begitu pula sistem monarki parlementer seperti di UK, Skandinavia hingga Jepang, Thailand, Malaysia.
MirzaMirwan
Mungkinkah Inggris menjadi republik? Mungkin saja, meski kemungkinannya kecil. "Republic", nama organisasi yang mengkampanyekan penghapusan sistem monarkhi Inggris sebenarnya sudah berdiri sejak 1983. Tetapi kurang mendapat sambutan publik. Tahun 2006 status legal Republic menjadi perseroan terbatas (limited company) dan Graham Smith menjadi CEO-nya. Smith boleh berharap memperoleh dukungan publik lewat referendum. Tetapi belum tentu kelompok pro-republik memenangi referendum. Rakyat Inggris, seperti juga rakyat Norwegia, Swedia, Denmark, Belanda dan Spanyol, kelihatannya sudah nyaman dengan sistem monarkhi. Jualan sistem republik di Inggris jelas kurang laku. Selama kepemimpinan Elizabet II bisa diteladani dan dipraktekkan Charles III, dan kelak juga Pangeran Wiliam, selama itu pula rakyat Inggris akan tetap nyaman dengan sistem monarkhi. Kalau menjadi republik dan kepala negara (presiden) dipilih langsung oleh rakyat, seperti AS dan Perancis (juga Indonesia) akan rawan terjadi konflik horisontal. Dengan sistem monarkhi, konflik yang terjadi hanya terbatas di lingkungan politisi saja. Dengan sistem monarkhi, politisi akan mati gaya di depan raja atau ratu. Tidak demikian halnya dengan politisi di depan presiden. Rakyat Norwegia bersikap takzim kepada Raja Harald V, begitupun dengan rakyat Swedia terhadap Raja Carl XVI Gustaf, atau rakyat Denmark terhadap Ratu Margrethe II, serta rakyat Spanyol dan Belanda terhadap raja mereka.
ErGham
Sudah menjadi raja, Charles III bisa saja melakukan investigasi ulang atas penyebab kematian mantan istrinya, Lady Di. Apakah murni kecelakaan atau ada dugaan pembunuhan terencana.
MirzaMirwan
Mbak/Mas Niar, bukan hanya anda yang bingung, bahkan saya juga tidak tahu dari sejak kapan hitungan 1000 tahun itu diperoleh. Karena bila dihitung sejak Raja Egbert yang berkuasa sejak tahun 827 -839 hingga Raja Charles III sekarang, menurut hitungan saya malah sudah 1.195 tahun. Dalam rentang waktu 1.195 tahun itu saya hitung ada 61 raja/ratu yang menduduki tahta kerajaan Inggris.
*) Dari komentar pembaca http://disway.id