Jimmy Marta
Sependek yg kutahu, umbi dipanen, jadikan cip, kering digiling jadi tepung. Gk tahu lagi setelah jadi tepung bgmn bisa jadi beras. Entahlah bgmn juga mahal prosesnya dari umbi 3000/kg menjadi beras 185.000/kg. Seringnya kita lihat, harga2 yg mahal dipasar itu bukan petani yg menikmati. Bukan mereka yg memainkan. Padahal merekalah hulunya. Jangan sampai petaninya hanya begitu2 saja. Pengusahanya yg justru sejahtera.
Kang Sabarikhlas
Baru sejenak baca CHD..eh muncul Cak Dadi'nDukun langsung ngomel : "Kang, aku ngopi digiras ada anak ojol bilang di disway Abah nulis jangan jadi Orang Manja, Abah kok nyindir² kita ya?"... "Lho, tulisan Abah itu kritik membongkar..eh anu membangun, dan itu bukan Orang Manja tapi tanaman Porang Manja". Cak Di tetep ngomel : "padahal meski aku, sampean terdaftar MBR tapi th '21 cuma dapat 2x dan th '22 gak dapat blas, kok gak semua MBR dapat?". "sudahlah Cak Di, disyukuri saja dan berdoa semoga Cak Di ndukun pijet laris ada yang bayar 60, 100, 200rb. itu kan cukup buat sehari-hari, coba bandingkan saya yang gak punya penghasilan"... Cak Di ngeyel : "tapi saya kan tetep orang kampung, sampean meski sekarang ngontrak tapi pernah punya rumah diperumahan dan punya mobil² cuma jadi habis karna ulah anak, untung saya gakpunya anak, gak ngalami yang ruwet²". "itulah, semua disyukuri juga berusaha bangkit, saya sudah cari pinjaman modal tapi gak dipercaya sebab gak punya jaminan, jadi ya alon-alon asal kelakon sambil menunggu batu loncatan". "Kang, singkatan MBR apa benar kata anak ojol itu Masyarakat Berbantuan Rencana? aku kok bingung"... "ya Alloh Cak Di, sudah jangan su'udzon, ini saya matikan hp trus mau cari sarapan ya".. gegara Cak Di baca jadi ndak mood. duh..no deal no done!
Fenny Wiyono
akhirnya saya tau kenapa BBM naik, karena kita terlalu memanjakan motor2 kita.. kl tidak di manja mungkin pertalite 7000 itu sdh untung. mulai besok motor saya harus belajar pakai BBm terbarukan = Bahan Bakar Menyan
Agung Wiratno
Ahh..,....kl p Dahlan Iskan gembira bkn main, saya tdk. Mendengar kata porang bagi sebagian orang adalah trauma. Alhamdulillah saya tdk ikut euforia tanam porang. Tp ribuan orang 'nyungsep' gara2 porang ini. Tetangga2 saya banyak yang "gila" gara2 porang. Betapa tdk, utk budidaya gak bisa asal asalan, shg hrs disiapkan segala sesuatunya sebaik mungkin, tentu saja biaya juga pasti banyak. Spt biasa, stlh panen ... Buushhh Orang2 yg menganjurkan, mengajak, ngumpet entah kmn. Di daerah Ngawi selatan bahkan sdh terbentuk semacam rantai produksi, ada yg fokus sebagai penjual bibit saja, ada yg jadi tukang semai saja, ada menjajakan bibit yg dari katak itu, ada yg jadi tengkulaknya. Sekarang tinggal cerita saja. Semacam kena prank. Semoga kedepan, baik pemerintah ataupun para pengusaha top kita kl ajak2, menyarankan, ataupun menyuruh menyiapkan dulu pengolahan hilirnya, dan tdk melulu "njagakne' orang luar negeri. Org2 kecil lagi yg kena PHP
yea aina
Barang siapa memanjakan porang, akan kecewa kala memanennya. Terkadang manis manjanya janji, tak seindah harga jualnya Sudahlah pahit galak pula.
yea aina
Berbisnis barang komoditas, ada dua alternatif untuk dapat cuan, menambah atau mengurangi nilai tambah. Leny melalui kiatnyi, memproduksi beras porang berbahan baku campuran beras padi dan tepung porang. Ia memberikan nilai tambah atas beras padi ataupun tepung porang. Sewajarnya jika Vivo menjual RON 89 dengan harga jual "dibawah" harga RON 90, tidak aturan bisnis yang dilanggar. Vivo pasti masih cuan, karena menjual komoditas BBM dengan RON 89, dijual sesuai harga keekonomiannya.
fajar rokhman
Jangan manjakan siapapun, subsidi bikin manja. Masyarakat manja minta gonta-ganti presiden, gak sabaran. Jangan dimanjakan
yea aina
Penanam porang terlalu memanjakannya, demikian tanggapan Prof Edi S dari IPB. Porang seliar Vivo: sempat menjual RON 89 dibawah harga jual RON 90, anda sudah tahu. Tentu saja Vivo menjual apa adanya, baik penyebutan RONnya maupun harga jualnya. Meskipun, hanya sempat beberapa hari saja dijual dengan harga dibawah normal baru. Bisa disimpulkan, ada "pemanjaan" dari atasan penjual RON 90, hingga tak ada cuan tanpa penyesuaian harga. Harga jual berdasarkan keekonomian ataukah belas manjaan atasan?