Terpisah, Kepala Dinkes (Kadinkes) Kota Tasikmalaya, Uus Supangat menuturkan, pihaknya hingga kini terus berusaha melakukan penanggulangan stunting dengan berbagai cara.
"Kasus stunting di Kota Tasikmalaya memang termasuk tinggi, tapi ada progres penurunan karena terus dilakukan upaya-upaya penanggulangan," tuturnya.
Beber dia, data kasus stunting di tahun 2022 ini berada di angka 14,58 persen atau sebanyak 6.243 kasus. Sementara di tahun 2021 sebanyak 17,58 persen atau sebanyak 7.741 kasus.
"Selama masa pandemi Covid-19 sejak tahun 2021 telah terjadi peningkatan kasus stunting menjadi 17.58 persen atau naik sekitar 7, 51 persen dengan jumlah 7.741 balita berada di 69 Kelurahan tersebar di 10 kecamatan," bebernya.
Sedangkan para balita yang mengalami stunting di tahun 2022, kata Uus, sebarnya ada penurunan dibandingkan tahun lalu. Yaitu di 2022 ini jumlahnya 6.243 anak yang disebabkan karena asupan makanan tidak sesuai kebutuhan gizi.
"Dan yang paling banyak di Kecamatan Cipedes dan Tawang," cetusnya.
Ia mengatakan, penanganan stunting tidak bisa dilakukan pihaknya sendiri, tetapi perlu intansi lainya seperti Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A).
Yaitu beberapa solusinya untuk menekan stunting yang harus dilakukan berbagai upaya terutamanya kampanye gizi, program kesehatan dan gizi berbasis masyarakat.
"Pencegahan stunting sekarang ini perlunya untuk dilakukan mulai dari seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) bayi dari janin (0 bulan) sampai dengan usia dua tahun dan setiap ibu hamil minimal diperiksa empat kali selama kehamilan dan diberikan tablet tambah darah (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan serta perlu diberi asupan gizi tambahan khususnya bagi ibu hamil," jelasnya.
Menurutnya, penanganan stunting sekarang ini perlu adanya penyuluhan gizi seimbang pada ibu hamil, promosi inisiasi menyusui dini (IMD), promosi memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif sampai usia bayi enam bulan.
Akan tetapi, stunting juga bisa dipengaruhi faktor lingkungan seperti perilaku bersih keluarga kurang bagus, sanitasi air yang tidak bersih, jamban tidak sehat dan masalah tersebut juga bisa menimbulkan penyakit menyebabkan gizi ibu hamil menjadi tidak baik dan berpengaruh kepada stunting.
"Kami akan fokus penurunan kasus stunting di Kota Tasikmalaya kembali lagi ke angka 10,7 persen dan selama ini juga sudah melakukan upaya tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) di tahun 2024 mencanangkan zero stunting melihatkan Forum Group Discussion (FGD) termasuknya kelurahan, kecamatan, posyandu dan lainnya," katanya.