Workshop pengolahan cicak kering keluarga Sugandi berada di Desa Kertasura, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon.
Keluarga Sugandi mengolah cicak basah menjadi kering untuk diekspor ke China.
Bahan baku cicak kering didatangkan dari pengepul di wilayah Cirebon, Indramayu dan Kabupaten Karawang.
Sampai saat ini yang menggeluti bisnis cicak basah dan kering di Cirebon hanya keluarga Sigandi.
"Semua yang bisnis cicak keluarga saya. Belum ada orang luar," kata Sugandi, kepada Radar Cirebon di kediamannya, belum lama ini.
Untuk 1 kilogram cicak basah, harganya Rp52 ribu. Setelah dikeringkan, dijual Rp380 ribu/kg untuk grade A. Untuk grade B Rp280 ribu/kg.
Penentuan grade A dan B didasari dari keutuhan tubuh cicak. Misalnya utuh tanpa ekor putus, dan tubuhnya lurus, masuk kategori grade A.
Sedangkan Grade B untuk yang ekornya putus. Biasanya, hal itu terjadi saat cicak diburu dan berusaha melindungi diri.
“Kalau pengepul dari Cirebon, berapa pun saya terima. Hitungan ons hingga kilogram saya hargai dengan uang. Karena mereka setiap hari datang," katanya.
Berbeda dengan pengepul dari luar kota, hitungannya per kwintal, dan biasanya barang datang 3 hari sekali.
Setiap hari rata-rata ia menerima cicak basah seberat Rp150 kilogram. Itu, masih kata Gandi, jauh berkurang. Dibanding beberapa tahun silam, yang mencapai 1 ton/hari.
Dia tak membatasi kuota cicak. Berapa pun banyaknya akan dibeli. Cicak yang baru diterima langsung dimasukkan ke lemari pendingin. Menghindari proses pembusukan.
Biasanya, cicak diburu menggunakan lem tikus. Yang direkatkan pada ujung benda panjang seperti kayu. Bukan saja cicak yang biasa menempel di dinding.
Tapi, kata Gandi, cicak-cicak yang ditemui di perkebunan yang banyak merayap di tanah. Tak ada kriteria cicak khusus.
Meski sudah puluhan tahun melakoni bisnis cicak kering yang diekspor dari Cirebon ke China, namun Sugandi tidak mengetahui pemanfaatannya. Meski ada yang bilang untuk kosmetik hingga obat.
Namun, hingga kini bisnis cicak kering dari Cirebon yang dirintis Sugandi masih terus eksis dan mempekerjakan warga setempat. Kebanyakan ibu-ibu.