TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Proyek rekonstruksi di Jalan HZ Mustofa dan Cihideung mendapatkan temuan mengejutkan, dari jalur darinase yang berubah fungsi sampai banyaknya kabel yang menyebabkan pendangkalan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kota Tasikmalaya, H Dudi Mulyadi ST, MSi menegaskan momen penataan kawasan jadi waktu yang tepat untuk merekonstruksi infrastruktur yang sudah beralih fungsi.
Proyek rekonstruksi di Jalan HZ Mustofa dan Cihideung bisa mengembalikan fungsi drainase agar tidak menjadi saluran limbah domestik serta menertibkan kabel yang tertanam di sepanjang trotoar.
BACA JUGA:Satpol PP Terus Stand By 24 Jam, Sterilkan Kawasan Proyek Padestrian HZ-Cihideung dari PKL
Sehingga kepentingan publik atau pelayanan bagi masyarakat bisa tergarap sekaligus, tanpa perlu gangguan pekerjaan konstruksi, harap Dudi.
“Jadi fungsi-fungsi infrastruktur di sana baik yang terlihat mau pun kasat mata, dalam artian tertanam di bawah jalan, bisa digarap sekaligus di momen penataan ini. Apalagi, saat kita cek kondisinya betul sudah krusial dan mendesak,” kata Dudi.
"Ini momentumnya. Kalau tidak sekarang mau kapan lagi,” lanjutnya.
BACA JUGA:Khawatir Bentrok, 18 Juru Parkir HZ Mustofa Tak Mau Memaksa Masuk ke Jalan Pemuda
Ia menambahkan, “Fakta yang kita temukan ada kabel utilitas membentang di atas anak Sungai Cihideung yang membuat aliran air semakin dangkal. Sudah beralih fungsi, semakin dangkal pula kondisi salurannya.”
Kondisi saluran drainase juga sudah tidak sehat karena fungsinya sebagai saluran air menjadi saluran limbah domestik dari jamban warga. Hal itu bisa mengkontaminasi sumur-sumur warga.
“Masih mending kalau hanya limbah domestik yang dibuang ke drainase lama itu, bagaimana kalau ada limbah B3 juga. Itu kan sudah sangat mengerikan dari sisi kesehatan dan lingkungan,” keluhnya.
BACA JUGA:Wali Kota: Selama Proses Rekonstruksi, Kawasan HZ Mustofa dan Cihideung Harus Steril dari PKL
Sementara itu, Kepala Bidang Jalan dan Jembatan DPUTR Kota Tasikmalaya Wenda Krisnawan menuturkan kedua saluran itu akan tetap diaktifkan setelah program rekonstruksi rampung.
Hanya saja, secara fungsi memiliki perbedaan jelas, lantaran kanal lama sudah beralih secara masif menjadi pembuangan limbah rumahan atau pertokoan.
“Memang rekonstruksi saluran lama juga tidak memungkinkan. Jadi otomatis kita merujuk seperti daerah lain, dengan skema berbeda,” tutur Wenda.