Memang kata dia, saat awal para terduga pelaku bully syok dan ketakutan.
Maka saat itu P2TP2A Kabupaten Tasikmalaya, kata dia, langsung bergerak. Pihaknya mengamankan mereka.
"Saat itu mereka tidak dengan melihat apapun pemberitaan. Bahkan tidak memegang hape dan lainnya," ungkap An'an.
BACA JUGA: Ibu-Ibu Kampanye STOP Bullying dan Perundungan Anak di Taman Kota
An'an Yuliati menjelaskan, dalam pendampingan itu, pihak P2TP2A Kabupaten Tasikmalaya memberikan edukasi kepada orang tua para terduga pelaku.
"Bahkan kami juga mengarahkan pola asuh kepada orang tuanya, terhadap anaknya," kata dia.
Menurut dia, kasus perundungan tersebut tidak 100 persen kesalahan anak-anak tersebut karena perlunya ada pola asuh yang baik dari orang tua. Salah satunya yakni penggunaan media sosial yang baik.
"Tentunya itu harus ada pendampingan intens dari orang tuanya," kata An'an.
Saat ini, kondisi terduga para pelaku saat ini kondisinya mulai membaik, walaupun masih dalam pendampingan.
"Kami terus dampingi hingga kembali pulih dari syoknya," ungkap dia.
Aan juga menjelaskan bahwa terduga pelaku bully tiga orang, bukan empat orang.
"Yang satunya yakni B tidak ada di lokasi saat terjadi perundungan,” ujarnya.
“Ketika selesai, baru datang dan diceritakan oleh teman-temannya," kata An'an.
Untuk lebih jelas terkait kronologi kasus tersebut, pihaknya akan berkonsultasi terlebih dahulu dengan atasan.
"Itu akan kita konsultasikan terlebih dahulu untuk penjelasan itu," kata An'an.
Polda Jabar mengaku berhati-hati menangani kasus bullying dengan korbannya murid SD di Kabupaten Tasikmalaya.