Ketua KPAID juga menyebutkan, video bully sempat beredar, khususnya saat korban disuruh teman-temannya melakukan perbuatan tak senonoh.
"Yah sempat beredar video bully tak senonoh. Itu kan sayang sekali," kata Ato.
Menurut dia, kejadian bully yang dialami korban terjadi pada akhir Juni lalu. Setelah video tersebar, korban sering murung berdiam diri di rumah.
BACA JUGA: Tanda-Tanda Anak Kecanduan Game Online, KPAID Kabupaten Tasikmalaya Terima Laporan dari Orang Tua
"Diam di rumah itu tidak mau makanan dan minum, tidak seperti biasanya," terang Ato.
"Setelah itu anak sakit, lalu pada hari Jumat lalu anak alami sakit dan dirawat selama dua hari di SMC. Kemarin Minggu malam meninggal dunia," katanya.
Sebelum korban sakit, sebut Ato, anak tersebut didiagnosa depresi.
"Sebelum sakit hingga dibawa memang mengarah ke depresi. Untuk diagnosa memang harus dokter yang mejelaskan," sebutnya.
Sementara itu, pihak kepolisian sektor Singaparna mengaku belum menerima laporan maupun pengaduan terkait kasus perundungan tersebut.
Meski begitu, pihaknya akan turun ke lapangan untuk mendalami persoalan tersebut.
"Kami belum menerima laporan soal ini, tapi anggota ke lokasi untuk pendalaman," kata Panit Reskrim Polsek Singaparna Aipda, Dwi Santoso.
Sementara ibu korban, Ttg (39) membenarkan bahwa anak keduanya bernama FH meninggal dunia saat menjalani perawatan medis di rumah sakit.
"Sepekan sebelum meninggal, videonya menyebar hingga membuat korban malu dan depresi," kata dia.
Meskipun begitu, pihak keluarga almarhum mengaku ikhlas dan menerima takdir yang dialami anaknya itu.
"Saya harap ini tidak terjadi lagi," katanya.