RADARTASIK, TASIKMALAYA - Di era kemajuan teknologi, warisan budaya daerah semakin terkikis. Itu karena generasi muda, lebih asyik berselancar di dunia maya ketimbang melestarikan warisan budaya daerah.
Agar bisa mengembalikan generasi muda lebih berbudaya, sehingga dapat melestarikan warisan nenek moyangnya. Di sinilah, harus ada lembaga pendidikan yang memiliki peran yang strategis dalam upaya memperkokoh ketahanan budaya.
Mengingat pentingnya generasi muda berbudaya, SMAN 10 Tasikmalaya berkomitmen sebagai sarana pendidikan karakter dan sekaligus menguatkan budaya asli daerah Tasikmalaya.
Kepala SMAN 10 Tasikmalaya Dr H Yonandi SSi MT mengatakan, budaya perlu dilestarikan, karena mengandung nilai moral. Untuk itu, lewat jalur pendidikan, ia ingin terus melestarikan budaya.
BACA JUGA: Dapodik Jadi Sumber Data dalam DAK
”Untuk melestarikan budaya, sekolah sudah memasukkan kurikulum, khususnya payung geulis. Itu dimasukkan ke dalam mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU) dan seni budaya,” katanya kepada Radar, Jumat (10/6/2022).
Payung geulis perlu masuk mata pelajaran seni budaya dan PKWU karena Kota Tasikmalaya memiliki warisan budaya dari kerajinan payung geulis dan bordir termasuk 22 produk seni dan kebudayaan asal Jawa Barat dinyatakan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) di Jawa Barat, dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Desember 2021 lalu.
“Oleh karena kita memberikan bekal kepada siswa SMAN 10 Tasikmalaya agar mahir dari mulai proses hingga finishing,” ujarnya.
Artinya, kata Yonandi, agar siswa paham mulai pembuatan hingga pemanfaatan payung geulis. Karena siswa itu belajar mulai membuat rangka, merangkainya, hingga jadi payung polos.
“Lalu, payung selesai dilukis, dengan aliran seni rupa impresionisme atau aliran yang mengusung keakuratan warna pada pencahayaan objek,” katanya.
Nantinya, payung geulis setelah dilukiskan, bisa menjadi properti untuk tari payung geulis. Tentunya yang aransemen musik dan koreo tarinya oleh guru SMAN 10 Tasikmalaya.
“Kita terus mengawal budaya dalam mata pelajaran seni budaya dan PKWU. Serta terus menampilkan kegiatan budaya, seperti tari payung geulis setiap event Minggu kedua dan ketiga,” ujarnya.
Dengan adanya peran lembaga pendidikan nantinya muncul siswa yang senang budaya. Seperti, Salma Qonita Naelupar kelas XI IPS SMAN 10 Tasikmalaya. Dia sejak usia SD senang menggambar flora.
BACA JUGA: Cetak SDM Unggul dan Berkarakter Kejuangan, Prodi Peternakan Unper Mutakhirkan Kurikulum MBKM
“Baru saat SMAN 10 Tasikmalaya, memberanikan diri untuk ikut melukis payung geulis. Berkat pelajaran seni budaya dari sekolah berhasil mendapatkan juara satu,” kata putri dari perajin batik di Cipedes ini.