radartasik.com, Mahasiswa sebagai kaum intelek punya kemampuan berpikir dan pandangan tersendiri menghadapi berbagai hal. Namun tidak semuanya berani dan mampu merefleksikannya dalam karya tulis.
Rabu, (5/1/2022), Forum Mahasiswa Literasi Tasikmalaya (Formalista) meluncurkan sebuah buku berjudul “Dari Mahasiswa Tasikmalaya untuk Mahasiswa Indonesia”. Berlokasi di Gedung Kesenian Kota Tasikmalaya, yang dihadiri oleh mahasiswa dan akademisi dari berbagai kampus di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya.
Selanjutnya pada 22 Desember 2021 terbit juga buku “Dari Perempuan Tasikmalaya untuk Perempuan Indonesia”. Buku tersebut merupakan kumpulan artikel karya 46 perempuan dari Kota dan Kabupaten Tasikmalaya.
Sebagaimana judulnya, buku ini berisi buah pemikiran kalangan mahasiswa. Ada 36 esai yang ditulis oleh 36 mahasiswa yang tergabung dalam Formalista. Mereka berasal dari 9 kampung yang berbeda-beda.
Pada buku ini para mahasiswa mencurahkan opininya tentang berbagai sektor kehidupan. Dari mulai pendidikan, dunia pesantren, kebudayaan, ekonomi, kehidupan generasi muda, termasuk situasi pandemi.
Saat mulai digagas pada akhir Oktober 2021, hanya butuh waktu satu bulan untuk mereka merampungkan tulisan. Selanjutnya tulisan itu masuk proses editor sampai akhirnya diterbitkan.
Sebagai editor, Asep M Tamam melihat kemampuan literasi para mahasiswa tersebut cukup piawai. Apalagi sebagian dari mereka baru pertama kali membuat artikel ilmiah populer.
“Hasilnya melebihi ekspektasi saya, karena saya sendiri sempat ragu ini bisa terwujud,” ungkapnya kepada Radar.
Mahasiswa Indonesia” di Gedung Kesenian Kota Tasikmalaya, Rabu (5/1/2021). rangga jatnika /
radar tasikmalaya
Terbitnya buku ini menurutnya baru langkah awal dari Formalista. Dia mendorong para mahasiswa untuk bisa membuat karya-karya yang lebih hebat dari apa yang tertuang dalam buku tersebut.
Menurut dia, literasi di kalangan mahasiswa kebanyakan pada puisi dan cerpen. Jarang ada mahasiswa yang muncul dengan artikel ilmiah populer atau artikel ilmiah mendalam. “Dan saat ini mahasiswa memang harus mulai menulis artikel ilmiah populer,” ucapnya.
Sepengetahuan Asep M Tamam, sejauh ini belum ada buku kumpulan artikel ilmiah populer yang ditulis kelompok mahasiswa. Sehingga, menurutnya ini jadi terobosan baru untuk terus dikembangkan ke depannya. “Ini bisa dibilang pertama di Tasikmalaya, bahkan mungkin di Indonesia,” katanya.
Salah seorang mahasiswa yang mengisi tulisan pada buku tersebut, Wafa Ridwanulloh mengatakan bagi mahasiswa menulis artikel ilmiah populer memiliki tantangan tersendiri. Karena tentunya materi tulisannya harus memiliki dasar. “Berbeda dengan puisi atau cerpen yang tergolong fiksi,” ucapnya.
Kategori :