Kematian Akibat Covid-19 di Kota Tasik Tinggi, Ini Sebabnya..

Kematian Akibat Covid-19 di Kota Tasik Tinggi, Ini Sebabnya..

TASIK — Meski Kota Tasikmalaya saat ini bertahan di zona orange, namun bukan berarti pandemi Covid-19 tidak memprihatinkan. Fluktuasi angka kematian akibat virus tersebut masih terjadi kenaikan dari hari ke hari.


Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dr Asep hendra mengakui hal tersebut. Transmisi penularan di tengah masyarakat, masih terdeteksi dan kenaikan angka kasus positif pun terus terjadi.

“Sampai Kamis kemarin (10/6/2021), penambahan kasus 68, sebelumnya 40 kasus, kemudian sempat terjadi juga 4 kasus. Hari ini (kemarin) pun tercatat ada 24 kasus baru,” tuturnya kepada Radar, Jumat (11/6/2021).

Ia menceritakan berdasarkan grafik data Dinas Kesehatan setiap hari angka kasus fluktuatif. Terkadang mengalami kenaikan tinggi, sedang bahkan rendah. Namun, meski terjadi kasus baru setiap harinya, angka kesembuhan pun relating tinggi.

“Pasien sembuh juga relatif terus meningkat, sebelumnya 25 pasien dan terakhir 31 pasien juga membaik dan dinyatakan sembuh,” ungkap Asep.

Di sisi lain, angka kematian menjadi masalah tersendiri. Di awal pandemi Covid-19 masuk ke Kota Resik, jelas Asep, sampai dengan saat ini terakumulasi 151 pasien positif meninggal dunia. Menurut dia, jumlah tersebut bukan angka kecil. Apalagi, dalam kurun waktu 9 hari saja, sejak 1 sampai dengan 9 Juni tercatat kasus kematian covid-19 sebanyak 16 orang.

“Kemungkinan besar bilamana ini terus terjadi bisa melebihi angka kematian bulan kemarin yang mencapai 26 kasus selama Mei 2021,” keluh Asep.

Tingginya angka kematian, lanjut dia, diwarnai adanya kecenderungan masyarakat yang enggan langsung mendatangi fasilitas kesehatan. Tidak melapor ke Puskesmas terdekat apalagi Dinas Kesehatan, ketika ia mengeluhkan gejala dan terjangkit Covid-19.

“Puskesmas sudah sangat dekat dengan masyarakat setiap wilayah tugasnya. Rumah sakit juga kan banyak di kota kita, transportasi bisa diakses, sistem informasi sudah bagus. Kita juga menyayangkan hal ini,” ungkapnya.

Asep menambahkan Kota Resik pun memiliki layanan darurat 119 yang stand by 24 jam merespons hal kedaruratan. Sayangnya, beberapa angka kematian, diwarnai pasien yang terkonfirmasi positif namun tidak melapor ke petugas. Mencoba isolasi mandiri tanpa didampingi atau pengawasan dari tenaga medis.

“Ada beberapa kasus tercatat, ia di hari ke 4 sampai ke 6, kondisi memburuk dan dilarikan ke IGD, di fase kritis. Rata-rata, data kami mencatat kematian paling tinggi di usia 60 tahun ke atas,” jelas dia.

Terpisah, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Tasikmalaya Ahmad Junaedi Sakan meminta stakeholder di wilayah tidak kendur. Kelurahan dan RT-RW bisa memonitor warganya masing-masing melalui satgas kewilayahan yang sudah didanai operasionalnya.

“Kita meminta satgas kewilayahan tidak kendur. Sebab, kondisi ini sudah mulai berjalan, ekonomi, pendidikan dan kegiatan masyarakat lain, jangan sampai harus ada pembatasan kembali saat satgas wilayah kendur,” harapnya.

Dia menceritakan di beberapa kesempatan, masyarakat pun terlihat mulai kembali kendor dalam melaksanakan Protokol Kesehatan. Hal mendasar seperti penggunaan masker pun, masih sering ditemukan di pusat-pusat keramaian terabaikan oleh beberapa warga.

“Jadi jangan seolah sudah baik-baik saja, kita bisa lihat angka kenaikan kasus dan angka kematian masih berangsur dari hari ke hari,” keluh politisi PKB itu. (igi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: