RADARTASIK.COM, TASIK - Forum Masyarakat Cineam Bersatu menjelaskan terkait laporan dugaan pemukulan terhadap ajengan muda Iman Darusman yang terjadi di Karangjaya, Kabupaten Tasikmalaya Selasa lalu (1/6/2021).
Disebutkan bahwa perselisihan tersebut dipicu oleh aktivitas korban yang meresahkan warga sekitar.
Perwakilan Forum Masyarakat Cineam Bersatu, Yuda Kusuma menjelaskan persoalan itu dipicu ketika Iman Darusman mengubah perbatasan wilayah Kecamatan Cineam dan Karangjaya, Kabupaten Tasikmalaya.
Dengan perubahan itu, kawasan perkebutan karet yang diolah warga Nagara Tengah Kecamatan Cineam hilang seluas 44 hektare. “Padahal jelas tugu pembatasnya ada,” ungkapnya kepada Radar, Kamis (3/6/2021).
Hal ini, kata dia, membuat sejumlah warga emosi dan cekcok dengan Iman Darusman sampai terjadi pertengkaran. Terlebih sikap yang ditunjukkan Iman membuat emosi warga memuncak. “Dia menengadah seolah menantang,” katanya menceritakan.
Yuda pun meluruskan bahwa saat lokasi kejadian dugaan pemukulan itu, merupakan depan rumah pemilik mobil yang dikemudikan Iman dan temannya. Sehingga, pihaknya tidak sependapat jika disebut sebagai penjegalan atau pencegatan. “Memang ada warga yang meneriaki, tapi tidak menjegal,” tuturnya.
Saat kejadian, diakuinya ada kontak fisik yang terjadi antara Iman cs dan warga. Namun tidak sampai melakukan pengeroyokan yang mengakibatkan luka serius. “Paling hanya dorongan badan, kalau dikeroyok tentunya sudah babak belur,” katanya.
Beberapa informasi yang beredar, pertengkaran itu melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Yuda menegaskan bahwa pertengkaran itu murni masalah personal antara warga dengan Iman. “Tidak ada peranan LSM di situ,” tuturnya.
Yuda pun mempertanyakan penyematan ajengan pada figur Iman Darusman. Karena di wilayah Karangjaya, Iman tidak aktif di kegiatan keagamaan. “Dia aktifnya di Forum Gunung Pangajar, jadi kenapa disebut ajengan,” terangnya menanyakan.
Dia berharap persoalan ini bisa dipahami dari berbagai sudut pandang. Karena menurutnya, pertengkaran itu dipicu oleh perilaku Iman kepada masyarakat sekitar. “Ada asap pasti ada api,” ujarnya.
Mendatangi Polres
Sementara itu, sejumlah tokoh masyarakat Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya yang tergabung dalam Forum Masyarakat Cineam Bersatu, mendatangi Mapolres Tasikmalaya Kota, Kamis sore (3/6/2021).
Mereka memberikan keterangan kaitan dugaan pemukulan yang melibatkan terlapor ajengan Iman Darusman.
Perwakilan Forum, Asep Rasmullah TB menegaskan kasus pemukulan itu murni dilakukan masyarakat dan tidak dilakukan oleh lembaga.
“Jadi bukan ormas atau LSM, ini murni masyarakat, karena di forum warga semua melepas atribut ormas atau LSM masing-masing,” ujarnya.
Ia menceritakan, kala itu warga sedang bebersih di perbatasan wilayah. Mengecat dan merapikan lingkungan sekitar perbatasan. Bahkan, pencopotan baner-baner Forum Gunung Pangajar yang dilakukan sebelumnya pun, berjalan lancar dan kondusif.
”Saat kami membuka banner itu, lancar dan aman-aman saja. Kemudian kami bersama warga menuju ke batas wilayah Cineam yang cat-nya sudah pudar untuk kita cat kembali,” cerita Asep.
Di tengah warga bebersih, lanjut Asep, tiba-tiba Iman Darusman dan rekannya di Forum Gunung Pangajar, Hendra melintas menggunakan mobil. Lalu kendaraan yang mereka gunakan menepi di sekitaran warga yang sedang bebersih.
“Nah, pas dia berhenti kan namanya warga sedang panas di sana selama sekian tahun warga merasa dizalimi sama mereka (Forum Gunung Pangajar, Red),” sambungnya.
Ia menilai kedatangan Iman Darusman dan Hendra seolah menantang balik terhadap warga, yang belakangan mencopot banner lembaga mereka. Seharusnya, kata Asep, Iman dan hendra tidak datang dulu, di tengah warga yang tensinya masih tinggi. Menurutnya, posisi Iman dan Hendra kala itu, tidak sedang beraktivitas sebagai mubalig. Mereka notabene menjadi pengurus Forum Gunung Pangajar dan mengetahui jelas, tengah berkonflik dengan Forum Masyarakat Cineam Bersatu.
“Karena kan masyarakat lagi ada pergerakan. Harusnya mereka balik kanan dulu lah. Ya seolah-olah kan masyarakat menganggap mereka nantang. Apalagi mereka kan malah diam di sana jadi spontanitas warga melakukannya,” terang Asep.
Terpisah, Ketua GP Ansor Kabupaten Tasikmalaya Asep Muslim mengaku tidak tahu menahu soal kasus tersebut. Pasalnya, Iman Darusman dalam kasus ini bukan sedang melaksanakan tugas GP Ansor. “Saudara Iman Darusman juga tidak pernah ada koordinasi kepada kami,” ungkapnya.
Namun bagaimana pun, ketika ada tindak kekerasan kepada warga tentunya penegak hukum harus bergerak. Sebab ada dugaan pelanggaran pidana dan harus diproses. “Itu sudah jadi kewajiban polisi untuk mengusut peristiwa kriminal,” terangnya.
Tetapi, sambung Asep Muslim, karena isunya sudah mengait-ngaitkan GP Ansor dan Nahdlatul Ulama (NU), dia merasa perlu angkat bicara. Dia meminta kepada semua pihak agar tidak memperkeruh situasi dengan membawa-bawa nama NU. “Kami khawatir permasalahan ini melebar, jadi semua harus menjaga sikap,” terangnya.
Asep Muslim pun meminta semua kadernya untuk bisa menahan diri. Jangan sampai melakukan gerakan sendiri tanpa instruksi. “Semuanya tetap pada garis komando pimpinan cabang,” pungkasnya.
(rga)