Pertanyaan TWK KPK yang Janggal, Mulai Soal China, Keturunan Tapol Jadi Pejabat, FPI, HTI, Komunis & Pacaran

Pertanyaan TWK KPK yang Janggal, Mulai Soal China, Keturunan Tapol Jadi Pejabat, FPI, HTI, Komunis & Pacaran

JAKARTA - Salah satu pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang sebelumnya bertugas di Humas KPK, Tata Khoiriyah membeberkan, pertanyaan-pertanyaan yang dianggap janggal dalam tes pengalihan status menjadi aparatur sipil negara (ASN). 


Tata Khoiriyah sendiri merupakan salah satu diantara 75 anggota KPK yang tidak lolos dalam tes tersebut hingga dinonaktifkan dari pekerjaan. 

Kata dia, saat itu tes dibagi dua bagian. Ada tes tertulis, ada pula tes wawancara. 

Tes wawancara ini merupakan tes wawasan kebangsaan atau (TWK). 

“Tes pertama yang diikuti adalah tertulis. Petugas yang menjaga memperkenalkan diri mereka perwakilan dari tim psikologi TNI AD," ujar Tata Khoiriyah dikutip dari utas yang ditulis melalui akun Twitter-nya, @Tatakhoiriyah, Sabtu (15/05/21). 

"Ada tiga modul yang secara bergantian dibagikan dan harus kami jawab semuanya. Bentuknya pilihan ganda seputar setuju dan tidak setuju,” sambungnya. 

Dia mengatakan, kala itu jumlah soal diperkirakan sebanyak 200. Pilihannya, antara setuju dan tidak setuju. Dia memberikan contoh pertanyaan yang dianggap ambigu. 

“Saya ga ingat semua pertanyaannya. Yang saya ingat hanya ada beberapa pertanyaan yang menurut saya ambigu. Saya kasih contoh ya tuips …Kurang lebih: Semua orang cina sama saja (setuju/tidak setuju). Kulit berwarna tidak pantas menjadi atasan kulit putih. (setuju/tidak setuju). UU ITE mengancam kebebasan berpendapat. (Setuju/ tidak setuju),” tuturnya. 

“Itu beberapa pertanyaan yang saya ingat. Buat saya pertanyaan semua orang cina itu sama adalah statement ambigu. Apakah yang dimaksud sama itu adal kulitnya, mukanya, kayanya, baiknya atau jahatnya? Kalau itu yang dimaksud, maka apakah pilihan tidak setuju bisa dianggap berwawasan kebangsaan?,” ungkap wanita yang merupakan bagian dari Gusdurian itu. 

Di sesi esai ini, dia melanjutkan, peserta diminta untuk memberikan pandangan terhadap kurang lebih 11 pertanyaan. 

Dari mulai yang ringan sampai yang serius. Mulai dari prestasi selama bekerja, tokoh yang mempengaruhi hidup, sampe pandangan ttg FPI, HTI, paham komunis, dan lainnya. 

“Setelah mengisi esai, saya diminta untuk tanda tangan pernyataan bahwa jawaban tsb adl sebenar-benarnya pandangan dan jawaban saya yg bisa dipertanggungjawabkan,” katanya. 

Kemudian, pada tanggal 25 Maret dirinya kembali mengikuti TWK. Dalam tes wawancara ini, dia kembali mendapat pertanyaan yang janggal.

Yang tidak mempunyai hubungan dengan pekerjaannya di KPK. 

“Awalnya saya ditanya berapa lama bekerja, dan apa saja yg saya lakukan di KPK, apakah ada masalah dengan atasan atau rekan kerja? Kemudian ditanya implementasi pancasila dalam keseharian seperti apa?” ucapnya. 

“Setelah itu ditanya apakah mengucapkan selamat hari raya pada agama lain? Kalau datang di acara perayaan umat lain bagaimana? Terus kalau ada keturunan ekstapol menduduki jabatan publik yang strategis, bagaimana menurut anda?” sambungnya. 

“Apakah sudah menikah? Punya pacar? Pacaran berapa kali? Apakah pacar yg sekarang menuju pernikahan? Apakah pacar sekarang sudah diperkenalkan kpd orang tua? Kalau pacaran ngapain saja?” tuturnya lagi. 

Dia bilang bahwa untuk pertanyaan status pernikahan, dia merasa tidak nyaman, tapi dirinya berusaha jawab apa adanya. 

“Dijawab dengan singkat-singkat saja. Selain pertanyaan tentang implementasi pancasila, pertanyaan lain ditanyakan tanpa ada relevansi dengan pekerjaan atau pendalaman pancasila, UUD 45, dan lainnya” ujarnya. (fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: