Sambil Tenteng Makanan ke Masjid, Aliran Islam Aboge Salat Ied Hari Jumat
Reporter:
agustiana|
Sabtu 15-05-2021,05:09 WIB
JAKARTA - Penganut Islam Aboge (Alif Rebo Wage) yang tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, baru melaksanakan Shalat Ied Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1442 Hijriah pada Jumat (14/05/21).
Dari pantauan di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, yang merupakan salah satu pusat persebaran penganut Islam Aboge, warga setempat tampak berduyun-duyun mendatangi Masjid Jami Baitussalam (Masjid Saka Tunggal) guna melaksanakan Shalat Ied.
Sebagian diantara jamaah tampak menjinjing rantang maupun tenong berisi makanan yang akan mereka santap bersama-sama saat kenduri di masjid usai melaksanakan Shalat Ied, yang dipimpin imam Kiai Sulam.
Saat menyampaikan khutbah dalam bahasa Arab, khatib Sudar mengajak jamaah Shalat Ied untuk kembali ke fitrahnya setelah melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan yang merupakan bentuk pensucian dan pengendalian diri.
Usai melaksanakan Shalat Ied dan mendengarkan khutbah, sebagian jamaah bersalam-salaman di dalam masjid untuk saling memaafkan sembari mengumandangkan salawat berlanggam Jawa yang dilanjutkan dengan kenduri.
Saat ditemui usai kenduri, imam Shalat Ied yang juga sesepuh Masjid Baitussalam, Kiai Sulam mengakui jumlah jamaah yang hadir dalam dua tahun terakhir tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya, karena banyak warga yang tidak pulang kampung seiring dengan larangan mudik.
"Mungkin ada beberapa yang merupakan pemudik, tapi sebagian besar warga lokal sini. Tahun kemarin mayoritas juga warga lokal yang Shalat Ied di sini," katanya.
Terkait dengan hal itu, dia mengharapkan pandemi COVID-19 segera berakhir, sehingga kehidupan kembali nyaman dan perekonomian kembali pulih.
"Mudah-mudahan di tahun Jim Akhir ini, pandemi segera berakhir," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, Shalat Ied di Masjid Baitussalam dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan sebagai upaya mencegah terjadinya penularan COVID-19.
Selain itu, penganut Islam Aboge tidak mempermasalahkan adanya perbedaan hari pelaksanaan Shalat Id meskipun pemerintah dan berbagai organisasi Islam telah memutuskan bahwa Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1442 Hijriah jatuh pada Kamis, 13 Mei 2021.
Hal itu disebabkan penganut Islam Aboge memiliki perhitungan sendiri untuk menentukan tanggal 1 Syawal maupun peringatan Hari Besar Islam lainnya.
Penganut Islam Aboge meyakini bahwa dalam kurun waktu delapan tahun atau satu windu terdiri atas tahun Alif, Ha, Jim Awal, Za/Je, Dal, Ba/Be, Wawu, dan Jim Akhir serta dalam satu tahun terdiri 12 bulan dan satu bulan terdiri atas 29-30 hari dengan hari pasaran berdasarkan perhitungan Jawa, yakni Pon, Wage, Kliwon, Manis (Legi) dan Pahing.
Dalam hal ini, hari dan pasaran pertama pada tahun Alif jatuh pada Rabu Wage (Aboge), tahun Ha pada Ahad/Minggu Pon (Hakadpon), tahun Jim Awal pada Jumat Pon (Jimatpon), tahun Za/Je pada Selasa Pahing (Zasahing), tahun Dal pada Sabtu Legi (Daltugi), tahun Ba/Be pada Kamis Legi (Bemisgi), tahun Wawu pada Senin Kliwon (Waninwon), dan tahun Jim Akhir pada Jumat Wage (Jimatge).
Penganut Islam Aboge meyakini tahun 1442 Hijriah merupakan tahun Jim Akhir, sehingga tanggal 1 Muharam jatuh pada Jumat Wage yang selanjutnya patokan atau hari pertama dan pasaran pertama pada tahun tersebut.
Dalam menentukan tanggal perayaan hari-hari besar agama Islam, penganut Aboge memiliki rumusan tersendiri yang mengacu pada hitungan sesuai tahun berjalan, misalnya Donemro/Sanemro (Ramadhan/Puasa jatuh pada hari keenam pasaran kedua) untuk menentukan tanggal 1 Ramadhan serta Waljiro (Syawal jatuh pada hari pertama pasaran kedua) untuk menentukan tanggal 1 Syawal.
Berdasarkan rumusan tersebut, tanggal 1 Ramadhan 1442 Hijriah jatuh pada Rabu Kliwon karena merupakan hari keenam dan pasaran kedua setelah Jumat Wage, sehingga 1 Syawal jatuh pada Jumat Kliwon atau tanggal 14 Mei 2021. (fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: