Akibat Gizi Buruk, 7.731 Anak di Kota Tasik Derita Stunting

Akibat Gizi Buruk, 7.731 Anak di Kota Tasik Derita Stunting

CIPEDES — Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal tahun 2020 sedikit banyak menurunkan kualitas kesehatan anak. Tercatat ada sebanyak 7.731 anak di Kota Tasikmalaya menderita stunting akibat gizi buruk.


Jumlah tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2019, di mana Dinas Kesehatan mencatat ada 5.373 kasus anak stunting. Kondisi ini meliputi anak dari mulai baru lahir sampai usia lima tahun.

Angka tersebut tidak sesuai dengan apa yang ditargetkan oleh dinas kesehatan. Pasalnya 2020 kemarin ditargetkan angka stunting bisa diturunkan di bawah angka 5.000.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, dr Uus Supangat mengakui bahwa penderita stunting mengalami peningkatan di tahun 2020. Sedikit banyak, pandemi menjadi salah satu faktor yang berpengaruh besar terhadap kesehatan masyarakat.

“Karena program kesehatan terhambat baik secara teknis pelaksanaan, seperti posyandu sempat disetop dan pembinaan hanya bisa via daring,” ungkapnya kepada Radar.

Selain pandemi, ekonomi juga menjadi salah satu faktor munculnya kasus anak menderita stunting. Karena ekonomi yang rendah berpengaruh juga pada SDM dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya asupan gizi. “Tapi hanya menjadi salah satu faktor saja, bukan penyebab secara keseluruhan,” ujarnya.

Untuk kelompok masyarakat ekonomi menengah ke atas pun dia kerap mendapati kasus anak stunting. Ini bukti bahwa kasus kesejahteraan tidak menjamin kehidupan yang sehat. “Ada juga masyarakat ekonomi menengah ke atas yang sepertinya belum paham dan sadar pentingnya asupan gizi seimbang,” katanya.

Perlu diketahui, asupan gizi seimbang tidak harus makanan-makanan mahal. Sayur mayur yang biasa di jual di warung pun punya nilai gizi yang baik. “Tidak harus daging atau susu yang mahal, bisa tahu tempe dan susunya pakai susu kedelai,” tuturnya.

Dinas Kesehatan pun terus melakukan evaluasi dan mendorong masyarakat untuk sadar soal asupan gizi seimbang. Bukan hanya ketika anak lahir, tapi sejak awal kehamilan. “Kita punya beberapa program untuk mencegah dan menanggulanginya,” katanya.

Lebih jauh, dia berharap Kota Tasikmalaya bisa mendorong pembangunan yang menunjang pola hidup sehat. Supaya tidak hanya menonjolkan pembangunan infrastruktur, tapi juga suprastuktur. “Perlu pembangunan yang berwawasan kesehatan,” jelasnya.

Tentunya ini bukan hanya menjadi tugas dari Dinas Kesehatan, perlu juga dukungan dari instansi lainnya. Dan tidak kalah penting adalah kemauan dan semangat dari masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat disertai asupan gizi seimbang. “Karena tidak mudah juga membangun kesadaran masyarakat,” terangnya.

Efek dari stunting ini, jelas dr Uus, tidak bisa disepelekan karena berhubungan dengan tumbuh kembang dan masa depan anak. Dampaknya bukan hanya menghambat fisik, tapi juga perkembangan otak. “Kita kan berharap generasi ini, 20-30 tahun ke depan bisa menjadi bonus demografi,” katanya.

Lebih parahnya, kondisi stunting yang diakibatkan gizi buruk juga bisa berakibat kematian. Sebagaimana diketahui angka kematian bayi di Kota Tasikmalaya cukup memprihatinkan.

“Tapi untuk kematian bayi, bisa memang karena kondisi kesehatan anak, bisa juga karena ada kelalaian daA­lam penanganan,” katanya. (rga)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: