12 Hari Awak Bus di Kota Tasik Menjerit

12 Hari Awak Bus di Kota Tasik Menjerit

Para pengelola bus lagi-lagi mengalami kerugian menghadapi masa mudik Lebaran tahun ini. Karena, meskipun armada tidak bisa dioperasikan, gaji karyawan harus tetap berjalan.


Hal itu diungkapkan Manajer Wilayah PO Primajasa Tasikmalaya, H Beny Bunyamin mengaku efek larangan mudik ini jelas memberikan kerugian pada perusahaan. Meskipun dia tidak berkenan mengungkapkan nilai kerugian tersebut. “Yang jelas rugi,” ungkapnya kepada Radar,Kamis (29/4/2021).

Salah satu indikator kerugian, kata dia, yakni perusahaan tidak mendapatkan pemasukan selama 12 hari (6-17 Mei 2021). Sementara karyawan tetap digaji berikut diberikan Tunjangan Hari Raya (THR). “Perusahaan tetap memberikan haknya (karyawan, Red) tanpa mengurangi sedikit pun,” ujarnya.

Hal serupa juga diungkapkan Manajer Operasional PO Budiman Ahmad Lujen yang mengatakan bahwa keuntungan seolah menjadi mukjizat bagi angkutan bus. Karena pundi-pundi penghasilan utama sudah ditutup. “Entah berapa lama bisa menutup kerugian selama tidak beroperasi nanti,” katanya.

Untuk karyawan, sambung dia, tidak sepenuhnya libur meskipun bus tidak mengangkut penumpang. Pihaknya sudah membagi piket jaga di pul secara bergiliran. “Karena meskipun bus di garasi, tetap harus dijaga,” jelasnya.

Selain perusahaan yang merugi, sopir dan kondektur sudah jelas kehilangan penghasilan. Pasalnya, pendapatan utama mereka yakni ketika mengangkut penumpang. “Mending kalau mereka punya usaha sampingan di rumahnya, kalau yang tidak punya bagaimana,” jelasnya.

Terpisah, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Tasikmalaya Deni Yunizar menjelaskan bahwa larangan mudik tidak bisa dipungkiri memiliki efek domino. Bukan hanya sebatas perusahaan angkutan umum saja. “Kuliner, pelayanan jasa, usaha mikro dan usaha lainnya,” ungkapnya.

Namun demikian, kebijakan pemerintah sudah saklek dan tidak ada toleransi. Para pelaku usaha hanya bisa menerimanya meski dengan berat hati. “Tidak ada yang mengharapkan seperti ini,” katanya.

Pihaknya hanya bisa berharap masyarakat bisa senantiasa patuh protokol kesehatan. Supaya wabah pandemi ini bisa lebih cepat dilalui, sehingga ekonomi kembali berangsur pulih.

“Ekonomi yang tumbuh efeknya akan mengurangi pengangguran, angka kemiskinan termasuk PAD untuk pemerintah,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, Operasional angkutan bus di wilayah Tasikmalaya dipastikan berhenti, pasca adanya larangan mudik pada tanggal 6-17 Mei 20201.

Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Tasikmalaya, Irwan Nur Komara mengatakan sejak dirinya sudah curiga akhirnya akan seperti ini (angkutan bus berhenti beroperasi, Red). ”Memang sudah tidak ada harapan untuk kita beroperasi di masa mudik,” ungkapnya.

Soal efek, tentunya perusahaan-perusahaan angkutan bus mengalami kerugian karena tidak ada pendapatan. Begitu juga dengan personel awak angkutan baik sopir, kondektur dan crew lainnya. ”Efek kerugian sudah pasti, tidak bisa dipungkiri lagi,” terang pria yang juga mengelola PO Bus Doa Ibu itu.

Saat ini, kata Irwan, pihaknya hanya bisa menuntut komitmen dari pemerintah melalui Satgas Penanganan Covid-19. Supaya larangan mudik benar-benar diterapkan secara ketat dan tidak dimanfaatkan oleh travel-travel ilegal. “Bahkan rekan-rekan awak angkutan menginginkan bisa ikut sweeping agar tidak ada travel plat hitam,” pungkasnya. (rga)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: