Mahasiswa di Kota Tasik Jangan Mudah Terjebak Hoax

Mahasiswa di Kota Tasik Jangan Mudah Terjebak Hoax

INDIHIANG — Sebagai kaum terpelajar dan intelektual, mahasiswa diharapkan tidak asal menyebarkan informasi yang diterima, apalagi yang belum bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sebab dikhawatirkan masyarakat umum yang menerima share informasi dari mahasiswa mempercayai dan lebih jauh lagi, justru tersangkut masalah ITE.


Ketua Komisariat STMIK Tasikmalaya, Bari Rosdi Amrulloh mengaku resah dengan fakta-fakta bermunculan di lapangan. Berkenaan miss komunikasi di tengah masyarakat, apalagi sampai tergiring opini yang belum tentu benar.

”Kita sering dengar kasus mencuat, informasi mencengangkan dan bombastis dampak kecepatan teknologi informasi tanpa dibarengi kemampuan literasi publik yang mumpuni,” tuturnya kepada Radar, Jumat (23/4/2021).

Pihaknya menyelenggarakan webinar cyber society bertema bahaya dan antisipasi hoax, serta kasus kejahatan di dunia maya. Menghadirkan sejumlah pemateri yang mengupas kaitan tersebut baik dari aspek hukum, teknologi, sosial, dan lain sebagainya.

”Masyarakat awam kadang tak tahu mana berita mana hoax, identifikasi, seperti apa cara mencari informasi valid, kadang tak bisa bedakan berita dan hoax. Maka kita berikan wawasan ini khususnya terhadap mahasiswa agar tidak asal meng-share informasi atau link-link berbasis internet,” tegas Bari.

Pemateri webinar tersebut, mulai dari Ketua DPC Peradi Tasikmalaya Andi Ibnu Hadi SH, Kasi Informasi dan Publikasi Diskominfo Kota Tasikmalaya Budhi Hermawan SH MSi, Dosen STMIK Tasikmalaya Dani Rohpandi M Kom serta KBO Sat Reskrim Polres Tasikmalaya Kota Iptu Ridwan Budiarta SH.

”Supaya rekan-rekan mahasiswa banyak pencerahan kaitan kecanggihan saat ini tidak disikapi dengan latah, tetapi tetap menjalankan naluriah keilmuan lewat pengkajian dulu dalam menerima informasi sebelum menyimpulkannya apalagi menyebarkan,” papar dia.

Ia berharap dengan adanya gerakan-gerakan semacam itu, terutama dari insan mahasiswa IT, bisa meminimalkan informasi-informasi tidak jelas yang tersebar di masyarakat. Justru peranan mahasiswa selaku kontrol sosial, bisa turut membenahi literasi masyarakat, agar tidak termakan hoax, apalagi sampai terhasut dan tergiring.

“Notabene yang bukan mahasiswa IT tentu rentan terjebak. Maka kita harap mahasiswa IT khususnya, bisa tahu dan mampu bedakan berita dan hoax,” harap Bari.

Salah seorang pemateri webinar, Kasi Pelayanan Informasi dan Publikasi Diskominfo Kota Tasikmalaya Budhi Hermawan SH MSi menjelaskan secara prinsip hoax tidak dapat dihilangkan. Tetapi, bisa dicegah dan diminimalisir dengan cara tidak tergesa gesa menyebarkan informasi atau berita yang diterima, harus di pahami dan dipelajari terlebih dahulu.

”Berita atau informasinya ditelaah dulu, dengan cara mengenali informasi yang diterima seperti kita harus jeli terhadap judul berita, periksa alamat website berita, periksa foto atau gambar dengan uraian keterangan fotonya, periksa penulis atau respondennya,” kata Budhi memaparkan.

Budhi menjelaskan perlunya publik mencari pembanding dari suatu informasi yang diterima. Dia meyakini dengan upaya tersebut, diharapkan penerima informasi pun andil dalam meminimalisir penyebaran informasi hoax. “Sehingga semakin sedikit orang yang menerima hoax, sedikit pula orang yang akan terpengaruh atau dirugikan,” tuturnya.

Pemerintah sejatinya sudah membuat kanal untuk memfasilitasi masyarakat, apabila ingin mengetahui apakah informasi yang diterima itu hoax atau bukan. Melalui situs periksa fakta seperti TurnBackHoax. ID, Cekfakta. Com, hoax.infovaksin.id, saberhoaks. Jabarprov.go.id/v2/ dan lain sebagainya.

”Kemudian dampak mudahnya penyebaran hoax adalah dari tingginya masyarakat dalam memanfaatkan media sosial,” jelas Budhi.

Menurut dia, hal tersebut bisa dilihat pada hampir semua masyarakat. Tanpa melihat status perekonomian, usia baik yang masih remaja atau usia lanjut. Semua kalangan, lanjut dia, sudah memanfaatkan media sosial sehingga perlu adanya pemahaman bagaimana memanfaatkan media sosial dengan bijak dan sesuai kegunaannya.

”Melalui webinar ini diharapkan teman teman dari PMII STMIK Tasikmalaya mampu menjadi agen perubahan turut serta dalam menyosialisasikan manfaat dan dampak dari penggunaan media sosial, selain itu memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam menerima informasi,” harap dia.

Sejauh ini, lanjut dia, pihaknya pun kerap menerima pengaduan dari masyarakat. Mulai dari pencurian data pribadi, peretasan akun untuk selanjutnya digunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

“Untuk itu diharapkan kepada masyarakat untuk berhati hati dalam pemanfaatan media sosial atau mengunduh aplikasi jangan sampai data kita di curi,” katanya.

Ia memberikan tips sebagai upaya perlindungan data diri di jagat maya. Mulai dari memeriksa secara rutin pengaturan keamanan di dalam akun jejaring sosial. Kemudian tidak menggunakan email untuk semua kegiatan. ”Seperti harus dibedakan email untuk transaksi online dengan email untuk mendaftar akun jejaring sosial atau aplikasi lainnya,” rinci Budi.

“Kemudian gunakan seperlunya apabila menggunakan wifi terbuka, karena pencurian data melalui wifi terbuka lebih mudah, kemudian gunakan password dengan kombinasi yang kuat, dan perbaharui secara rutin,” sambung dia. (igi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: