Meskipun ini program pemerintah pusat yakni Kemensos, bukan berarti pemerintah daerah bisa cuci tangan. Perlu ada koordinasi, agar persoalan ini bisa menjadi jelas. “Ya kan bisa pemerintah daerah menanyakan ke pusat,” terangnya.
Jangan sampai masyarakat dibiarkan dalam ketidakpastian yang berdampak pada kehidupan sosial di lingkungannya. Selain memunculkan prasangka buruk ada penyelewengan bansos, juga menimbulkan kecemburuan sosial.
“Jangan dikira ini dampaknya sepele,” katanya.Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Tasikmalaya Drs H Ivan Dicksan mengaku harus mengecek lebih detail persoalan tersebut. Pasalnya, dia pun belum mengetahui secara utuh persoalan yang terjadi. “Nanti kami akan coba cek terlebih dahulu,” ujarnya.
Namun untuk masyarakat yang kebingungan soal bansos, bisa langsung datang ke Dinas Sosial. Di samping itu, petugas dari Dinsos pun diminta untuk memberi penjelasan kepada warga. “Soalnya leading sektornya kan di Dinas Sosial,” terangnya.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah penerima bantuan sosial untuk warga yang terdampak Covid-19 mendatangi Dinas Sosial Kota Tasikmalaya, Kamis (15/4/2021). Mereka mempertanyakan bantuan yang tidak lagi didapatkan.
Bantuan dari pemerintah tersebut, masih diharapkan oleh penerimanya. Sehingga ketika ada hal yang dinilai jangga, mereka pun langsung bereaksi.
Salah satunya yakni Saeful Hidayat (30), warga Cibeurih Kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang. Dia mengatakan bahwa tetangga-tetangganya sudah menerima bantuan tersebut. “Tapi anehnya saya tidak juga dipanggil untuk pencairan bantuan,” ungkapnya kepada Radar, kemarin.
Dia sempat mendatangi kelurahan dan juga Kantor Pos, namun tidak juga mendapat jawaban. Lalu, dia diarahkan untuk mempertanyakan hal tersebut ke Dinas Sosial. “Di sini pun kami belum dapat kejelasan,” ujarnya.
Pria yang kesehariannya menyediakan jasa jahit pakaian itu sangat membutuhkan bantuan tersebut untuk menghidupi keluarganya. Karena tidak bisa dipungkiri pandemi masih merusak perekonomian keluarganya. “Kan dampak Covid-19 bukan hanya kepada warga miskin saja,” katanya.
Hal serupa juga dialami oleh Adang Rusman (24), buruh bangunan yang kini menganggur itu sejak pandemi mengandalkan bantuan pemerintah itu. Dia pun kaget ketika tetangga-tetangganya sudah menerima bantuan. “Yang biasa bareng sama saya sudah pada dapat, kenapa saya belum juga,” terangnya.
Adang sempat menanyakan ke pihak Kantor Pos yang bertugas melakukan distribusi. Namun, dia pun diarahkan ke Dinas Sosial untuk menemui pegawai bernama Uuf agar mendapat kejelasan.
“Tadi yang datang ke sini lumayan banyak, sepertinya memang tidak sedikit yang nasibnya sama dengan saya,” terangnya. (rga)