Taruna Tani Berkobar: Semangat Muda dari Kotabaru Kota Tasikmalaya yang Menghidupkan Lahan Tidur

Taruna Tani Berkobar: Semangat Muda dari Kotabaru Kota Tasikmalaya yang Menghidupkan Lahan Tidur

Taruna Tani Berkobar menunjukkan lahan pertanian yang dikelolanya di Cibereum Kota Tasikmalaya, Minggu 25 Mei 2025. ayu sabrina b / radar tasikmalaya--

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Di sudut selatan Kota Tasikmalaya, tepatnya di Kelurahan Kotabaru, Kecamatan Cibeureum, secercah harapan tumbuh di tengah kegersangan regenerasi petani. 

Di tangan sekelompok anak muda yang menamai diri mereka Taruna Tani Berkobar. Tanah yang dulu diam kini berbicara dengan bahasa tunas dan hasil panen.

Setiap pagi, deru cangkul bersahutan dengan tawa para pemuda di kawasan Cilendek. 

Lahan ±1 hektare yang dulunya hanya menjadi semak belukar tak terurus, kini berubah menjadi hamparan hijau subur yang ditanami aneka komoditas hortikultura. 

BACA JUGA:Kota Tasikmalaya Bergerak Maju: Tugu Koperasi Menuju Cagar Budaya Nasional, Usulan Wisata Pendidikan Priatim

Ada cabai, tomat, terong, kangkung, hingga sawi. Tapi lebih dari sekadar tanaman, di tanah ini sedang tumbuh pula semangat. Semangat untuk kembali mencintai tanah sendiri.

Taruna Tani Berkobar lahir pada tahun 2022, dari keresahan sekaligus tekad. Di tengah narasi suram tentang petani yang menua dan lahan yang ditinggalkan, sepuluh anak muda berusia 20 hingga 30 tahun justru memilih jalan yang jarang dilirik generasinya yaitu menjadi petani. 

Mereka bukan petani karena keterpaksaan, tapi karena pilihan sadar untuk kembali ke akar, menggali potensi ekonomi sekaligus menjawab panggilan sosial.

Dari Semangat Muda untuk Tanah Kotabaru

BACA JUGA:Viman Tegaskan Komitmen Bangun Kota Tasikmalaya yang Maju dan Berkelanjutan

"Taruna itu berarti pemuda. ‘Tani’, tentu karena kami bergerak di bidang pertanian. Dan ‘Berkobar’ adalah singkatan dari Bersatu Kotabaru, tapi juga simbol semangat kami yang terus menyala,” jelas Yoga Mohammad Romdhon, sang ketua kelompok,  Minggu 25 Mei 2025.

Bersama Abdul Azis Ma’rif, sang sekretaris, dan delapan anggota lainnya, Yoga memimpin kelompok ini dengan sistem organisasi yang rapi. 

Mereka bukan sekadar bertani, tapi membangun ekosistem. Ada struktur, ada visi, ada solidaritas yang membuat kelompok ini lebih mirip komunitas belajar sekaligus gerakan sosial.

Lahan yang mereka olah adalah milik warga yang sebelumnya dibiarkan tidak produktif. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait