Gerakan Pangan Murah di Kota Tasikmalaya Dinilai Hanya Formalitas, Berpotensi Rugikan Pengusaha Lokal

Gerakan Pangan Murah di Kota Tasikmalaya Dinilai Hanya Formalitas, Berpotensi Rugikan Pengusaha Lokal

Gerakan Pangan Murah di Kota Tasikmalaya, Rabu 14 Agustus 2024. ayu sabrina / radar tasikmalaya--

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Aktivis mahasiswa Tasikmalaya, Dikri Rizki Ramadhan, mengkritik program Gerakan Pangan Murah (GPM) yang digagas oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya. 

Ia menilai program tersebut hanya sekadar formalitas yang tidak mempertimbangkan dampak jangka panjang, terutama terhadap pengusaha lokal.

Dikri berpendapat bahwa operasi pasar murah seharusnya dilakukan secara lebih efektif dengan menyebar ke sepuluh kecamatan di Kota Tasikmalaya, disesuaikan dengan waktu dan target yang tepat. 

Namun, kenyataannya, GPM hanya berlangsung selama empat hari di empat kecamatan, yaitu Indihiang, Tamansari, Tawang, dan Cipedes.

BACA JUGA:Anindya Bakrie di Podcast Energi Disway: Perjuangan Raih Dua Medali Emas di Olimpiade Paris 2024 Tak Mudah

"Pemkot memang berhasil menekan inflasi, khususnya di Kota Tasikmalaya, lewat program ini. Namun, perlu disadari bahwa program tersebut harus disusun secara sistematis dan administratif untuk benar-benar memberikan dampak yang signifikan," ujar Dikri, Rabu, 14 Agustus 2024.

Selain itu, Dikri juga mengkritik keterlibatan agen penjual yang memasarkan produk luar daerah. 

Menurutnya, program ini seharusnya menjadi ajang bagi produk lokal untuk lebih dikenal dan dipasarkan. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, produk impor lebih dominan di pasar.

"UMKM kita seharusnya diberi ruang lebih. Inflasi bukan hanya soal kenaikan harga, tetapi juga bagaimana kita bisa memberikan nilai tambah bagi pelaku industri lokal. Sayangnya, kita hanya menjadi mitra penjual produk impor, yang keuntungannya dinikmati oleh produsen di luar daerah," tegasnya.

BACA JUGA:MALAM Ini Live Streaming Madura United vs Barito Putera Pukul 19.00 WIB, Kedua Tim Incar 3 Poin Pertama

Dikri juga menyoroti perbedaan harga antara operasi pasar murah dan warung milik warga yang bisa berdampak negatif pada pendapatan warga lokal. 

Meskipun GPM hanya berlangsung kurang dari sepekan, efeknya bisa dirasakan dalam waktu yang lebih lama.

"Banyak warga yang membeli dalam jumlah besar karena harga yang murah, sehingga warung-warung mereka menjadi sepi. Apa sebenarnya yang ingin dicapai dari program ini? Apakah ini benar-benar mempengaruhi harga pasar?" tanya Dikri.

Ia menambahkan, Pemkot seolah menggerus pasar lokal dengan harga yang sedikit lebih murah, yang akhirnya memengaruhi daya beli masyarakat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: