Polemik Ihwal Estetika Dadaha Kota Tasikmalaya: PKL Diusir, Baliho Marak, Bawaslu Belum Bergerak

Polemik Ihwal Estetika Dadaha Kota Tasikmalaya: PKL Diusir, Baliho Marak, Bawaslu Belum Bergerak

Baliho para calon kandidat Pilkada di sekitar Jalan Lingkar Dadaha Kota Tasikmalaya, kemarin Rabu 7 Agustus 2024. ayu sabrina / radar tasikmalaya--

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Tidak ada jalan di Kota Tasikmalaya yang bebas dari poster, spanduk, dan baliho bergambar wajah serta visi-misi para kandidat kepala daerah yang akan bertarung di Pilkada 2024. 

Fenomena ini terjadi demi meraih kemenangan dalam pesta demokrasi mendatang. Banyak warga merasa terganggu dengan pemandangan tersebut.

Pemasangan alat peraga sosialisasi (APS) yang sembarangan dinilai mengikis nilai estetika kota. Anak muda bahkan menganggapnya sudah tidak efektif, dan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Resik turut mengeluhkan hal ini.

PKL di sekitar Jalan Lingkar Dadaha, Kecamatan Cihideung, menyinggung perdebatan relokasi mereka yang sebelumnya berdalih estetika. Kini, tempat mereka berjualan justru dipenuhi baliho para calon kepala daerah.

BACA JUGA:Cafe di Pasar Burung Kota Tasikmalaya Diduga Jadi Sarang Maksiat, Ditutup Ulama dan Warga

Ujang, seorang penjual makanan berbahan dasar daging ayam dan cabai, masih mengeluhkan keputusan Pemerintah Kota Tasikmalaya yang 'memaksa' mereka pindah tempat. 

Namun, ia melihat pemandangan lain: poster dan baliho yang dianggapnya merusak estetika Komplek Dadaha.

"Memang kita melanggar aturan, tapi banyak yang bilang pemandangan tidak enak karena banyaknya pedagang. Sekarang sepi, malah penuh poster calon wali kota," ujarnya kepada Radar Tasikmalaya, kemarin Kamis 8 Agustus 2024.

Ujang merasa tidak adil. Ia mempertanyakan aturan yang membolehkan poster-poster tersebut berderet sepanjang pagar taman Dadaha. 

BACA JUGA:Opening Match Persib vs PSBS Biak, Ini Tata Tertib yang Harus Dipatuhi Bobotoh di Stadion Si Jalak Harupat

Meski diakui, gambar-gambar itu membuatnya mengingat calon kepala daerah yang menarik perhatiannya.

"Ya boleh, tapi karena orang besar, susah marahinnya. Gak kayak kita," keluhnya.

"Setidaknya kita tahu, oh ini calon wali kota. Kita pilih yang memihak kita. Siapa tahu ada yang menguntungkan kita," kata Ujang.

Ia menambahkan bahwa para kandidat seharusnya turun langsung 'blusukan' untuk mengambil hati rakyat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: