Memahami Risiko Bencana di Kota Tasikmalaya, BPBD Lakukan Hal ini

Memahami Risiko Bencana di Kota Tasikmalaya, BPBD Lakukan Hal ini

Kepala Pelaksana BPBD Kota Tasikmalaya, Ucu Anwar Surahman. istimewa --

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Hidup di kota dengan risiko bencana taraf medium di Jawa Barat, seperti Kota Tasikmalaya, menuntut pemahaman yang mendalam mengenai kondisi risiko bencana

Langkah awal ini penting sebagai acuan dalam manajemen risiko dan upaya pengurangan risiko bencana jangka panjang.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tasikmalaya baru saja mengadakan sosialisasi penyusunan Kajian Risiko Bencana (KRB) belum lama ini di 17 Juli 2024, di Hotel Grand Metro. 

Kepala Pelaksana BPBD Kota Tasikmalaya, Ucu Anwar Surahman, menyatakan bahwa kajian ini akan menjadi rujukan bagi semua aktivitas pembangunan infrastruktur di kota tersebut.

BACA JUGA:Piala Presiden 2024: Update Skor Persib vs PSM Makassar di Babak Pertama, Ciro Alves Cetak Satu Gol

Sejak tahun 2015 hingga 2020, Indeks Risiko Bencana (IRB) Kota Tasikmalaya bertahan di angka 119,20. Pada tahun 2021, indeks ini menurun menjadi 117,37, kemudian menjadi 114,69 pada tahun 2022, dan 106,93 pada tahun 2023. 

Penurunan IRB ini menunjukkan peningkatan Indeks Ketahanan Daerah (IKD), yang naik dari 0,34 pada tahun 2021 menjadi 0,35 pada tahun 2022 dan 0,43 pada tahun 2023.

Sebelum memiliki KRB, BPBD Kota Tasikmalaya melakukan pemetaan risiko secara mandiri. 

“Artinya, tidak berbentuk dokumen resmi. Namun, kami sudah memiliki pemetaan wilayah yang memiliki potensi bencana tertentu,” terang Ucu. 

BACA JUGA:Hari Ini Xiaomi Luncurkan Redmi K70 Ultra dengan Mediatek Dimensity 9300, Simak Spesifikasi Lengkapnya

“Dengan demikian, kami sudah punya gambaran awal tentang apa yang mungkin terjadi di Kota Tasikmalaya,” sambung Ucu.

Slogan “Kenali Bahayanya, Kurangi Risikonya” menjadi dasar dalam penyusunan KRB ini. Dokumen tersebut akan menjadi panduan BPBD dalam menanggulangi bencana dan segala keterkaitannya. 

“Dengan kajian risiko bencana ini, data awal kami semakin valid, sehingga proses penanganan bencana bisa dilakukan sejak awal. Pencegahan ini diharapkan dapat mengurangi risiko,” beber Ucu.

Pelibatan masyarakat adalah kunci dalam membangun ketangguhan terhadap bencana. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: