PKL Kota Tasikmalaya yang Berdagang di Cihideung Sudah 30 Tahun Lebih

PKL Kota Tasikmalaya yang Berdagang di Cihideung Sudah 30 Tahun Lebih

Suasana pedestrian Cihideung Kota Tasikmalaya. ayu sabrina / radar tasikmalaya--

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Gerobak beroda penjual cilor menempati sudut perjumpaan gang kecil dan jalan besar atau di depan gerai toko pakaian. 

Sembari menunggu pesanan diolah, pembelinya menunggu pesanan duduk di jok sepeda motornya. 

Pada saat yang sama, arus kendaraan di Jalan KHZ Mustofa tersendat pada kemarin Rabu 12 Juni 2024. 

Apalagi, gerobak cilor itu bukan satu-satunya penjaja di tepi jalan. Sebut saja penjual sandal emperan, gerobak ayam goreng tepung, aneka gorengan, dan lainnya.

BACA JUGA:Sabtu ini Iwan Fals Konser Gratis di Lanud Wiriadinata Kota Tasikmalaya

Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di Kota Tasikmalaya, ibarat dua sisi koin yang saling berlawanan. Di satu sisi dibutuhkan masyarakat. 

Di sisi lain bisa menimbulkan persoalan bagi pejalan kaki, kelancaran lalu lintas, hingga estetika kota. 

Penataan pedagang sektor informal itu penting dilakukan guna menjawab kedua hal tersebut. 

Pedagang kaki lima telah menjadi bagian integral kota, dibutuhkan tapi juga sumber masalah. 

BACA JUGA:7 Ide Hampers Idul Adha, Momen Berbagi Jadi Makin Berkesan, Simak Rekomendasi Memilih Isi Hampers

PKL perlu dikelola dengan mengayomi sesuai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, khususnya kota inklusif dan mengakhiri kemiskinan. Sudah 30 tahun, PKL di Pedestrian Jalan Cihideung berjualan.

Bahkan menurut Forum Peduli Cihideung (FPC), mereka lebih dulu memijakkan kaki di sana sebelum kelom geulis raksasa dan payung geulis menghiasi tempat itu.

“Itu mah sudah turun temurun. Itu PKL bertahan udah 30 tahun lebih,” kata sekretaris FPC, Dadan Romdoni. 

Sehingga saat Pedestrian dibangun, mereka dipermasalahkan. Dengan pertimbangan nilai estetika ikon Kota Resik itu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: