Perajin Pipiti Leuwisari Tasikmalaya Ketiban Berkah Ramadan

Perajin Pipiti Leuwisari Tasikmalaya Ketiban Berkah Ramadan

Lili bandar besek atau pipiti saat membereskan untuk dikirim kepada pemesan, 04 April 2023. -ujang nandar-radartasik.disway.id

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Hajatan atau acara syukuran di Kabupaten Tasikmalaya dan sekitarnya, masih indentik dengan pipiti. Kerajinan bambu berbentuk kotak –seperti nasi kotak—ini tidak biasanya digunakan sebagai tempat sejumlah makanan.

Meski pembelinya bersifat momentum (hajatan dan syukuran), namun ada momen dimana orderan melimpah. Seperti Ramadan 2023 ini, perajin pipiti Leuwisari Tasikmalaya ketiban berkah Ramadan

Saking membeludaknya pesanan, perajin dan pengusaha pipiti atau besek di Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya tak menyanggupi produksi lagi.  

Perajin pipiti atau besek, Ahmed (54) warga Desa Cigadog Kecamatan Leuwisari mengatakan, setiap bulan Ramadan memang selalu banyak pesanan. Sebagai perajin, dirinya kewalahan hingga tidak bisa memenuhi permintaan pasar.

BACA JUGA:ASYIK Pendaftaran Mudik Gratis PLN 2023 Dibuka, Sediakan 5.000 Kuota, Simak Cara Daftarnya 

"Karen mungkin kebutuhan untuk wadah ini tinggi jadi permintaan juga tinggi," kata dia.

Besek atau pipiti merupakan anyaman bambu. Setiap satu pasangan dijual Rp4.500 sampai Rp5.000 tergantung besar ukurannya. 

"Kita jual kepada pengepul atau bandar. Perajin lainnya juga sama, karena memang di sini merupakan kampung perajin anyaman bambu," kata dia.

Pipiti laku keras menjelang Lebaran. Keberadaan kerajinan pipiti, bagi warga di Kampung Cigadog menjadi lahan usaha yang turun-temurun dari orang tuanya dulu.

BACA JUGA:Besaran Zakat Fitrah di Kota Banjar Alami Kenaikan Jika Diuangkan, Baznas Beri Penjelasan

Keranjang dari anyaman bambu ini, bagi masyarakat Kabupaten Tasikmalaya  dan sekitarnya, digunakan sebagai wadah membawa makanan. Baik makanan yang telah dimasak atau makanan keringan.  

Menurut perajin, pipiti dinilai higienis karena tidak mengandung bahan kimia. Celah pada tiap lipatan anyaman pada pipiti ini memberikan udara sehingga makanan tidak cepat basi.

"Yang hasil pembuatan warga dari satu Kampung Cigadog ini saja bisa sampai 600 hingga 800 buah seharinya," sahut lili (67) yang merupakan bandar sekaligus peraji di Desa Cigadog.

Diakuinya, momen bulan Ramadan produksi pipiti jumlahnya akan lebih banyak ketimbang bulan-bulan biasa. Hal ini dirasakan perajin pipiti Leuwisari Tasikmalaya ketiban berkah Ramadan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: