Belajar Bahasa Inggris Bayarnya Pakai Nabung Sampah di Bank Sampah Tugu Harapan

Belajar Bahasa Inggris Bayarnya Pakai Nabung Sampah di Bank Sampah Tugu Harapan

Bank Sampah Tugu Harapan-Foto:tina/radartasik.disway.id-

KOTA TASIK, RADARTASIK.COM - Bank Sampah Tugu Harapan bearda di belakang kantor Kelurahan Tugujaya Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya, didirikan pada tahun 2019 lalu, yang diawali dari salah seorang warga penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH).Meskipun baru berusia 4 tahun, namun jumlah nasabah di Bank Sampah ini cukup banyak, mencapai 700 orang nasabah.

Direktur Bank Sampah Tugu Harapan, Hendi Ruswandi menuturkan, kelebihan dari bank sampah yang dikelolanya diarahkan untuk dunia pendidikan. Bagi nasabah yang menabung di bank sampah ini, tidak hanya dapat menabungkan uangnya untuk kebutuhan sehari-hari, tapi juga bisa mendaftarkan anak-anaknya untuk ikut les Bahasa Inggris.

"Saya bercerita sejarahnya terlebih dahulu, dulu bank sampah ini dirintis oleh penerima PKH namanya Kang Momo, sekarang orangnya sudah meninggal. Dia bekerja mengumpulkan plastik-llastik sampah, kemudia kami dipendamping PKH dan warga berpikir bagaimana agar perekonomian Kang Momo ini dapat meningkat, akhirnya singkat cerita kami buat bank sampah," Hendi mengawali ceritanya.

Seiring berjalannya waktu, bank sampah ini terus meningkat, hingga memiliki nasabah sampai 700 orang dari satu Kelurahan Tugujaya. Bahkan saat ini di wilayah Tugujaya terbentuk beberapa bank sampah lain yang termotivasi dari adanya Bank Sampah Tugu Harapan.

BACA JUGA:AC Milan Dikalahkan Udinese 3-1, Pioli Salahkan Diri Sendiri: ’Kami Bermain Terlalu Lambat Malam Ini’

"Dulu lokasinya di area padat penduduk, sekarang dipindah ke belakang kantor kelurahan, lebih luas, ada tempat untuk memilah, bergabung dengan KWT juga," terangnya lagi.

Dalam satu bulan bank sampah ini mampu mengumpulan sampah yang dapat dijual kembali, rata-rata sekitar 2,5 ton. Pencairan uang nasabah, kata Hendi, tidak berdasarkan waktu tertentu, tapi sesuai dengan kebutuhan masing-masing nasabah. Rata-rata nasabah memiliki abungan Rp200 ribu hingga Rp250 ribu.

Salah satu inovasinya, kata Hendi, adalah nabung sampah bisa ikut les Bahasa Inggris. Sehingga bila awal pendirian, nasabah kebanyak dari warga penerima PKH, justeru saat ini banyak nasabah dari warga umum bukan hanya penerima PKH saja.

Proses penarikan sampah dari paara nasabah ada yang diambil langsung ada juga yang datang ke bank sampah. Pengakutan dilakukan satu bulan dua kali atau dua minggu sekali.  Sampah yang datang, biasanya sudah terpilah antara sampah organik dan sampah non organik.

BACA JUGA:Momen Persib Cari Pemain Jangkung, Pelatih Rela Berkeliling Daerah di Jawa Barat, Syaratnya Sangat Simpel

Dalam mengelola bank sampah, kata Hendi, banyak sekali tantangannya. Mulai dari minimnya edukasi masyarakat untuk memilah sampah yang bermanfaat dan bernilai ekonomi. Juga adanya naik turun harga yang tidak tetap untuk sampah yang dijual ke para pengepul.

"Ini juga dari kendala, ketika kita memberi harga pada nasabah dengan harga tinggi, tapi dari pengepul ternyata diberi harga rendah. Sehingga ada selisih yang harus kita tutup. Sedangkan sampah tidak semua terpilah dengan baik, karena harus kita pilah orang dan yang memilah ini juga harus kita perhatikan kesejahteraannya, soalnya ngurus sampah itu risiko tinggi, di kami para pemilah sampah ini kebanyak ibu-ibu," jelasnya.

Untuk itu ke depannya Hendi berharap dinas terkiat memiliki solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini yang mungkin juga dihadapi oleh bank sampah lainnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: