Catenaccio Ala Maroko Sudah Menjungkalkan Spanyol dan Portugal, Kali Ini Giliran Perancis
Selebrasi pemain Maroko yang akan menjadi lawan Perancis di babak semi final-Tangkapan Layar Twitter FIFA World Cup-
Bek tengah Nayef Aguerd bermain untuk West Ham di Liga Premier, sedangkan kapten Romain Saiss baru-baru ini bermain untuk Wolverhampton.
Tugas Reragui ada dua, membuat para pemainnya berfungsi dalam sistem yang bisa mendapatkan hasil di Piala Dunia dan membuat mereka percaya bahwa mereka bisa mengejutkan dunia.
“Saya memberi tahu mereka, Anda tidak datang ke Piala Dunia hanya untuk memainkan tiga pertandingan,” kata Reragui dikutip dari Khaleej Times.
Walid Reragui telah menciptakan sebuah mahakarya dengan mengatur timnya dalam formasi 4-1-4-1, pemain Maroko bertahan lebih ke dalam dan Amrabat duduk tepat di depan para bek dan tidak pernah berani maju.
Melawan tim-tim yang lebih besar di Piala Dunia Qatar, empat orang gelandang di lini tengah juga turun lebih jauh ke belakang untuk menciptakan perisai pertahanan.
Meninggalkan En-Nesyri sebagai striker tunggal, saat lawan kehilangan penguasaan bola, Reragui melatih para pemainnya untuk maju melalui serangan balik dengan kecepatan tinggi.
Kecepatan full back Hakimi dan Mazraoui melengkapi kelincahan Ziyech dan Sofiane Boufal di sayap kanan menjadi teror bagi tim lawan.
Dari pemain yang terisolasi sendirian di depan, En-Nesyri tiba-tiba menemukan lima atau enam rekan setim bersamanya saat menerima bola dalam skema serangan balik yang sangat cepat.
Catenaccio ala Maroko ini jelas membutuhkan disiplin dan konsentrasi mental tingkat tinggi dan menuntut semua pemain untuk membantu rekannya.
“Kami memiliki rencana permainan yang jelas, setiap orang harus bekerja, Kami menunjukkan kepada dunia bahwa Anda dapat berhasil bahkan jika Anda tidak memiliki banyak bakat dan uang,” tutur Reragui.
Statistik berlari pemain Maroko sangat luar biasa, mereka hanya menderita 10 tembakan tepat sasaran dalam lima pertandingan, dengan rata-rata melakukan kurang dari tiga tembakan ke gawang.
Cenderung bermain bertahan, penguasaan bola Maroko rata-rata hanya 29,8 persen per pertandingan. Saat melawan Spanyol, mereka melakukan 343 operan dan lawannya 1.041 umpan.
“Saya tidak berpikir mereka pernah berlari sebanyak itu dalam hidup mereka, Ketika kamu menaruh begitu banyak hati, kamu memberi dirimu kesempatan," jelas sang pelatih tentang semangat para pemainnya.
Energi para pemain Maroko lainnya adalah dukungan yang mereka dapatkan di setiap pertandingan dari para penggemar yang mengalir ke Qatar untuk menyaksikan perjalanan bersejarah Atlas Lions.
Setiap pertandingan terasa seperti pertandingan kandang bagi Maroko, para pendukungnya yang bersemangat menyambut semua penguasaan bola oleh Spanyol dan Portugal dengan peluit dan ejekan yang menusuk telinga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: khaleej times