Ice Breaking sebagai Salah Satu Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar Bagi Peserta Didik
Imas Damayanti Lovita, Mhasiswi Magister PGSD UPI Kampus Tasikmalaya-Foto:dokradartasik.disway.id/dokimas-
RADARTASIK.COM - Selain persiapan, niat, dan tekad yang kuat, menjadi seorang guru memerlukan berbagai kemampuan dan keahlian. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 10 Ayat 1 bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik berkaitan dengan kemampuan guru dalam memahami kondisi peserta didik, merancang dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi pembelajaran dan hasil belajar, serta mengembangkan minat dan potensi peserta didik. Ice breaking bisa menjadi salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik.
Kompetensi kepribadian berkaitan dengan kepribadian guru yang mencerminkan sifat dewasa, stabil, arif, bijaksana, berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta didik dan lingkungan sekitarnya. Kemudian kompetensi profesional yaitu penguasaan ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam terkait materi ajar, kurikulum dan pembelajaran, inovasi pembelajaran, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Selanjutnya, kompetensi sosial yaitu kemampuan guru dalam berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, orang tua atau wali peserta didik, guru, tenaga kependidikan, dan masyarakat.
Dalam mengawali proses pembelajaran, guru terlebih dahulu harus memperhatikan kondisi peserta didik. Adapun penyiapan kondisi peserta didik meliputi kondisi fisik dan psikis. Kondisi fisik berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, yaitu kekuatan, kecepatan, reaksi, dan kelincahan. Adapun kondisi psikis berkaitan dengan mental dan psikologi peserta didik. Kondisi fisik dapat dilihat secara langsung, sedangkan kondisi psikis memerlukan analisis yang lebih mendalam. Kondisi psikis secara tidak langsung akan muncul pada ekspresi, mimik, dan antusias peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Menyiapkan kondisi fisik dan psikis peserta didik amatlah penting. Hal tersebut agar proses pembelajaran berlangsung secara optimal, sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Lantas bagaimana cara agar proses pembelajaran berlangsung secara optimal?
Ada beberapa cara agar proses pembelajaran berlangsung secara optimal antara lain: Pertama, seorang guru harus mengenali peserta didik. Guru harus mengenali karakter, gaya belajar, minat dan potensi peserta didik, serta kondisi lingkungan peserta didik. Kedua, guru harus membuat perencanaan pembelajaran. Sebelum memulai pembelajaran guru harus menentukan capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan alur tujuan pembelajaran. Ketiga, guru harus mampu mengenali situasi pembelajaran. Saat di mana peserta didik antusias dalam pembelajaran, on fire dalam menggali informasi, memahami materi, pasif, kebingungan, dan saat peserta didik mulai merasa jenuh bahkan bosan dalam aktivitas pembelajaran. Keempat, guru harus mampu mencairkan suasana pembelajaran.
Nah, kemampuan guru dalam mencairkan suasana pembelajaran berkaitan dengan kompetensi sosial. Hal ini berarti bahwa selain mampu mempersiapkan kondisi peserta didik, guru juga harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif. Salah satu kemampuan berkomunikasi secara efektif diwujudkan dalam bentuk kemampuan mencairkan suasana.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana cara guru agar mampu mencairkan suasana sehingga peserta didik tetap termotivasi belajar? Berdasarkan pengalaman penulis, salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa adalah melakukan ice breaking di sela-sela pembelajaran. Ice breaking merupakan suatu kegiatan atau permainan untuk membantu mencairkan suasana kaku menjadi santai atau mengembalikan konsentrasi dan semangat siswa dalam belajar.
Ice breaking dapat dilakukan kapan saja sesuai kondisi dan kebutuhan. Ice breaking dapat dilakukan selama 5 – 10 menit sebelum atau ketika proses pembelajaran. Dalam praktiknya, ice breaking memerlukan kreativitas guru dalam merancang kegiatan atau permainan yang menarik sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Ice breaking memiliki peran penting dalam proses pembelajaran. Ice breaking dapat membantu guru untuk menstabilkan kondisi pembelajaran, misalnya merubah suasana tidak kondusif (gaduh) menjadi lebih kondusif. Ice breaking juga membantu peserta didik agar lebih semangat belajar. Peserta didik yang mengantuk cenderung akan kembali fresh setelah melakukan ice breaking. Kemudian ice breaking dapat memulihkan konsentrasi peserta didik untuk fokus belajar, membantu menghilangkan kejenuhan dan kebosanan saat mengikuti pembelajaran, serta mampu memecahkan kekakuan dan kesunyian sehingga pembelajaran menjadi santai dan nyaman.
Menciptakan iklim belajar yang kondusif membuat peserta didik nyaman untuk belajar. Hal ini berdampak pada pencapaian tujuan pembelajaran. Ice breaking cocok untuk menstabilkan iklim belajar agar suasana belajar lebih kondusif. Berikut ini beberapa contoh penggunaan ice breaking dalam proses pembelajaran: (1) Tepuk tangan. Kegiatan tepuk tangan selain dapat memecahkan kesunyian juga dapat memulihkan konsentrasi belajar peserta didik. Tentunya kegiatan tepuk tangan tersebut sudah dimodifikasi agar lebih menarik, misalnya frekuensi dan tempo yang beragam, ditambah jargon berupa kata-kata penyemangat, atau ditambah tepuk pada anggota badan yang lain. (2) Yel-yel. Yel-yel biasanya berisi pekikan atau sorakan yang dilakukan secara berkelompok. Yel-yel bertujuan untuk membangkitkan semangat dan kepercayaan diri peserta didik dalam suatu kelompok. (3) Menyanyi. Kegiatan menyanyi dapat dilakukan secara mandiri, berpasangan, atau berkelompok. Akan lebih bermakna jika lagu yang dijadikan ice breaking adalah lagu terkait materi yang sedang dipelajari. (4) Tebak-tebakan. Tebak-tebakan bisa menjadi alternatif pilihan ice breaking yang menarik. Peserta didik dapat menebak gambar, benda, tokoh, lagu, kata, dan lain-lain. (5) Games. Games atau permainan bisa menjadi pilihan favorit untuk melakukan ice breaking. Dalam games bisa memuat berbagai macam kegiatan, misalnya menyanyi, tepuk, tebak, dan berhitung.
Secara tidak langsung, ice breaking dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru menjadi lebih kreatif, meningkatkan konsentrasi dan kepercayaan diri peserta didik, antarpeserta didik lebih akrab dan kompak, menumbuhkan motivasi dan semangat belajar, serta membantu peserta didik berkolaborasi dalam memecahkan masalah. Pemilihan ice breaking dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Ajaklah peserta didik untuk memilih ice breaking yang akan digunakan. Pemilihan ice breaking yang jitu di waktu yang tepat akan menciptakan suasana belajar yang nyaman. Saat peserta didik nyaman mengikuti pembelajaran, materi pembelajaran pun akan mudah dipahami oleh peserta didik. Hal ini berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar. Oleh karena itu, guru harus pandai membaca situasi kapan waktu yang tepat ice breaking digunakan dalam proses pembelajaran. Semoga bermanfaat.
Penulis: Imas Damayanti Lovita, Mahasiswi Magister PGSD UPI Tasikmalaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: