Tantangan Memajukan dan Pemerataan Akses Pendidikan di Era Digital

Tantangan Memajukan dan Pemerataan Akses Pendidikan di Era Digital

Teti Sumiati, S.Pd.SD Mhasiswi Magister PGSD UPI Kampus Tasikmalaya.-Foto:dokradartasik.disway.id/dokteti-

RADARTASIK.COM - Saat ini kita dunia mengalami perubahan yang begitu pesat, perubahan ke arah modern ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi merupakan keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Di dunia pendidikan, dengan adanya perkembangan teknologi tentu saja berdampak pada perubahan pola mengajar. Hal ini menjadi tantangan untuk dapat memajukan dan melakukan pemerataan akses pendidikan di era digital.

Namun di daerah terpencil dampak dari kemajuan tersebut belum dapat dirasakan, mengajar di daerah terpencil dan jauh dari jangkauan masyarakat perkotaan tentu tidak mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh guru,  selain sarana prasarana yang serba minim, juga akses menuju sekolah yang penuh tantangan jalan yang bergelombang, tanah yang licin, dan berbatu seperti sungai yang kering ditambah dengan jalan yang rawan longsor.

Sesekali kalau hujan lebat terjadi longsor yang menutupi badan jalan, sehingga tidak bisa dilalui dan harus berjalan kaki selama 40 menit dari desa ke sekolah agar bisa sampai menuju sekolah tempat mengajar. Karena ditugaskan di sekolah desa terpencil dengan fasilitas serba terbatas dan infrastruktur tidak memadai. 

Duka yang saya rasakan sangat terasa pada waktu pandemic Covid-19, dimana proses belajar mengajar dilaksanakan dalam jaringan (daring). Tidak ada jaringan telpon ataupun internet. Akses jalan pun tidak memadai. Kondisi tersebut membuat guru kesulitan ketika akan melakukan proses pembelajaran dalam jaringan (daring).

Di daerah tempat saya mengajar sangat susah sinyal tidak ada jaringan internet. Kalaupun ada, kita harus ke atas bukit atau ke tempat-tempat tertentu, itupun hanya untuk nelpon saja. Jika untuk online atau mengirim pesan whatsapp tidak bisa. Selain itu, kendala kedua sarana-sarana di sekolah sangat kurang seperti laptop. Ketiga, anak-anak di sana pun hampir 80% tidak mempunyai HP android.

Untuk melaksanakan pembelajaran secara luring, solusi yang dilakukan guru yaitu membuat kelompok-kelompok kecil dengan mengumpulkan maksimal 5 orang anak untuk diajar. Segala keterbatasan yang ada ditambah wabah Covid-19 tidak serta-merta menyurutkan semangat saya dan guru lainnya untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak Indonesia yang membutuhkan. Saya berharap pendidikan di Indonesia bisa lebih baik dan setara.

Mudah-mudahan pendidikan di Indonesia terjangkau, lebih merata, pendidikan murah, terutama bagi anak-anak yang ada di pedesaan dan lingkungan terpencil. Sehingga anak-anak yang miskin, jauh dari perkotaan bisa tetap mengakses pendidikan semaksimal mungkin, sehingga mereka bisa disetarakan dengan anak-anak yang ada di perkotaan.

Anak-anak didik yang menjadi semangat dan motivasi saya. Karena walaupun mereka di pedalaman, semangat belajarnya tidak pernah padam. Dan mereka punya hak yang sama untuk mendapatkan Pendidikan dan yang terpenting adalah bagaimana anak-anak supaya ada peningkatan di dalam pendidikan, ini menjadi suatu pelayanan bagi guru untuk melayani anak-anak dengan penuh kesabaran dan agar tetap menjalankan profesi secara professional.

Pendidikan harus membawa perubahan dalam mencetak generasi yang cerdas dan berkarakter, sehingga harus didukung oleh kompetensi guru dan sarana prasarana yang memadai. Dalam hal ini keterlibatan semua pihak diantaranya pemerintah, orang tua dan masyarakat sangat diperlukan.

Dibandingkan negara lain di dunia, Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau dan sangat banyak daerah terpencil, jelas memiliki tantangan terhebat dalam memajukan pendidikan anak bangsa. Akses jalan dan transportasi ke daerah-daerah ini seringkali menjadi alasan mengapa ada begitu banyak desa yang tidak memiliki sarana pendidikan. Sebagian dari kita menyalahkan Pemerintah, yang dinilai lambat mengatasi persoalan ini. 

Pendidikan adalah tanggung jawab kita semua. Tidak ada waktu untuk saling menyalahkan. Siapa pun yang melihat suatu masalah, harus siap mencari solusinya. Anak-anak di daerah-daerah terpencil bukan tidak mau belajar. Mereka hanya sangat merindukan kehadiran guru, yang dapat membimbing mereka.

Setiap orang punya hak untuk memperoleh pendidikan. Kita yang memiliki akses untuk itu, sebaiknya mencoba keluar dari zona nyaman kita, mencoba melihat dunia dari pandangan orang lain. Dunia pendidikan kita masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain. Semua itu tergantung pada kita untuk mengubahnya. Semoga pendidikan di Indonesia semakin maju dan melahirkan generasi-generasi emas Indonesia yang unggul.

Penulis:Teti Sumiati, S.Pd.SD (Mahasiswi Magister PGSD UPI Kampus Tasikmalaya)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: