Kilas Balik Bisnis Cicak: Awalnya Warga Tionghoa Pesan untuk Obat

Kilas Balik Bisnis Cicak: Awalnya Warga Tionghoa Pesan untuk Obat

Para pekerja sedang menjemur cicak. Foto: Dok. Radar Cirebon--

BACA JUGA: Cicak Kering juga Diekspor ke Hongkong, Permintaannya Tinggi, Nilai Ekspornya Rp 70 Juta

”Nah kalau cicak baru-baru ini, sekitar tahun 2010. Sekarang banyak pengobor yang cari cicak,” terang Yono.

Industri rumahan itu mampu menggerakkan roda perekonomian warga. Tengok saja, ada ratusan warga yang terlibat dalam pengolahan ular, kodok, dan cicak. 

Khusus untuk ular, selain untuk kebutuhan obat, ada juga yang mengambil kulitnya untuk produksi bahan kulit seperti tas dan lainnya.

Sementara kodok dan cicak untuk konsumsi sehari-hari (swike) dan juga bahan obat obatan.

BACA JUGA: Pantesan Harga Jual Cicak Kering Mahal, Diekspor ke China untuk Dijadikan Ini…

Yang agak mengejutkan, meski dikenal sebagai kampung ular, tapi ular-ular yang ada justru mengandalkan dari luar daerah.

Satu ekor ular yang masih hidup biasanya dihargai sesuai ukuran. Paling besar bisa Rp25 ribu. Dan mayoritas merupakan ular sawah.

”Dulu sih pernah ular phyton dan ular kobra. Sebenarnya bisnis ini sempat dilarang, bahkan sempat vakum. Namun sekarang diperbolehkan lagi, hanya untuk ular-ular sawah saja,” ucap Jamhari, salah seorang pemilik tempat pengolahan dan penyamakan ular. (Radar Cirebon)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: