Kasus DBD Kembali Merebak di Kota Banjar, Petugas Gabungan Lakukan Fogging, Sudah Ada Korban Meninggal
Pelaksanaan fogging di Kelurahan Hegarsari Kecamatan Pataruman, Kota Banjar. Saat ini Kota Banjar melaksanakan upaya agar kasus DBD tidak bertambah. Foto: istimewa--
Kota Bandung menduduki peringkat pertama sebagai kota dengan angka kasus DBD terbanyak di Jawa Barat.
Menurut pemerintah terkait, kasus DBD di Jawa Barat menyerang puluhan ribu orang dan ratusan orang meninggal akibat sengatan nyamuk itu.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat, sampai dengan tanggal 8 Juli 2022, jumlah yang terserang penyakit DBD menyentuh angka 21.280 dan 179 jiwa di antaranya meninggal dunia.
“Itu ada di 5 kabupaten kota di Jabar dengan data kasus tertinggi seperti Kota Bandung dengan 3.500 kasus, Kabupaten Bandung 2.257 kasus, Bekasi 1.671 kasus, Kabupaten Sumedang 1.283 kasus, dan Kota Depok 1.278 kasus,” kata Kabid P2P Dinkes Jabar Ryan Bayusantika dikonfirmasi, Kamis 14 Juli 2022.
Ryan memerinci, di Bandung ada 26 kasus kematian dengan 3.500 kasus DBD. Lalu, Tasikmalaya ada 17 kasus kematian, Kabupaten Sumedang 13 kematian, dan empat kota kabupaten lainnya memiliki angka 10 kematian, di antaranya Kota Bekasi, Depok, Kabupaten Karawang, dan Kota Cimahi.
Maka dari itu, ia mengimbau kepada seluruh dinas kesehatan kabupaten kota untuk segera mengantisipasi penyakit DBD, terlebih musim hujan kini mulai terjadi di sejumlah wilayah Jabar.
“Tentu saja faktor risiko yang menunjang adanya perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti (DBD) ini harus diperhatikan kembali. Bagaimana kita bisa mencegah adanya genangan-genangan air di tempat-tempat tertentu yang bisa menyebabkan adanya penyakit DBD di musim hujan ini,” ujarnya.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon mencatat kasus demam berdarah dengue (DBD) pada periode Januari sampai Juni 2022 sudah mencapai lebih dari 1.000 orang, dengan delapan di antaranya meninggal dunia.
Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P3PM) Dinkes Kabupaten Cirebon Luqman Denianto mengatakan, kasus DBD tersebut rata-rata menyerang pada anak-anak usia di bawah 14 tahun.
Bahkan, hampir semua yang terjangkit DBD harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.
Dia menilai kasus meninggal dunia dikarenakan tidak tertolong saat menjalani perawatan medis terjadi pada kalangan anak-anak.
“Jumlah itu merupakan pasien DBD yang sudah dirawat di rumah sakit dan rata-rata telah membaik sehingga diizinkan pulang,” ucapnya. (jpnn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: