70 Persen Petani di Jabar Menua, Pemprov Ajak Generasi Milenial jadi Petani Modern

70 Persen Petani di Jabar Menua, Pemprov Ajak Generasi Milenial jadi Petani Modern

BANDUNG — Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat (Jabar), Dadan Hidayat mengungkapkan salah satu persoalan yang dihadapi  dalam sektor pertanian di Jawa Barat adalah hampir 70 persen petani yang ada saat ini adalah generasi tua. Sedangkan 30 persen sisanya adalah petani dari generasi milenial dengan rentang usia kisaran 19 sampai 39 tahun.

“Jadi saat ini penting sekali adanya regenerasi petani di Jabar, mengingat kebutuhan pangan di masa depan semakin besar,” ucap Dadan di Kota Bandung, Kamis (18/03/21).

Terkait hal tersebut, kata Dadan,  Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar melalui Dinas Tanaman Pangan tengah menyiapkan generasi petani untuk di masa depan. Salah satunya dengan membina petani milenial.

“Sektor pertanian perlu juga didukung oleh petani milenial yang maju, mau, mampu, mandiri dan modern. Apabila tidak dilakukan, maka di masa depan akan terjadi kelangkaan pekerja di sektor pertanian,” paparnya.

Ditempat terpisah, Ketua Harian Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Daerah Jabar Ipong Witono mengakui, hingga saat ini sektor pertanian belum menjadi magnet pekerjaan bagi generasi milenial di Jabar.  Oleh karena itu Pemprov Jabar mendukung lewat serangkaian program untuk lahirnya para petani milenial tersebut. 

“Generasi milenial diharapkan membawa perubahan pada sektor pertanian masa depan. Apalagi kita mendapatakan dukungan dari BUMN untuk menyediakan lahan bagi petani-petani milenial di Jabar,” ucap Ipong.

Menurutnya, Pemprov Jabar berupaya mengubah wajah pertanian menjadi segar agar generasi milenial tertarik menjadi petani melalui Program Petani Milenial. Nantinya, petani milenial ini dapat memanfaatkan lahan milik Pemda Provinsi Jabar maupun BUMN di Jabar yang terbengkalai dengan sistem pinjam pakai atau bentuk kerja sama lainnya.

“Dalam menguatkan sektor pertanian, kami juga akan melibatkan UMKM dari hulu sampai hilir. Mereka diberi lahan dan modal kerja. Hasil panen dijual secara daring,” imbuhnya.

Ipong juga menyatakan, sektor pertanian memiliki efek domino. Jika pertanian dapat bergerak optimal, maka sektor lainnya seperti logistik dan distribusi pun bisa berjalan baik. Dengan menjaga ketahanan pangan, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dapat bergerak,” katanya.

Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jabar, A Sopyan, mendukung program tersebut. Menurutnya dalam rangka menumbuhkan milenial yang berperan menjaga ketahanan pangan.

Dikatakan Sopyan, jika dilihat dari statistik data petani di Jawa Barat sekitar 3,2 juta jiwa, hanya 30 persen atau 900 ribu yang merupakan dari kalangan pemuda atau milenial.

“Banyak potensi yang memang untuk lahan pertanian di Jawa Barat ini, bukan hanya pada sektor pertanian padi, tapi potensi lainnya yang memang bisa digarap oleh milenial,” katanya.

Menurutnya, jika melihat demografi di Jawa Barat ini 70 persen warga tinggal di pedesaan, tentunya hal ini akan menjadi daya ungkit untuk menggenjot potensi petani milenial. Yang paling penting adalah selain membentuk 1.000 petani milenial, tapi bagaimana memberikan edukasi dan pendampingan kepada petani milenial ini bisa melakukan terobosan menjadi petani yang berdaya saing,” jelasnya.

Diharapkan dengan ribuan petani milenial ini bisa menciptakan dan merubah tatanan dan mindset keberadaan petani itu sendiri. Bukan hanya padi, tapi potensi lain yakni kopi, palawija, vanili dan pertanian lainnya.

“Mari rubah pola pikir saat ini menjadi petani adalah mulia dan menguntungkan baik secara pribadi, masyarakat dan negara. Apalagi terlibat dalam menjaga ketahanan di Jawa Barat,” pungkasnya. (win/red)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: