Surat Cinta

Surat Cinta

Selama ini, tidak ada nama Jalan Siliwangi atau Pasundan di Surabaya. Demikian pula sebaliknya: tidak ada nama Jalan Gadjah Mada atau Hayam Wuruk atau Majapahit di Bandung.

Seolah sentimen zaman masa nan silam masih harus dipertahankan. Akibat Perang Bubat. Yakni perang habis-habisan antara tentara Majapahit dengan tentara Prabu Siliwangi. Anda sudah hafal ceritanya –terbukti, Anda semua, bisa lulus SMA.

Maka Gubernur Jatim Soekarwo dan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan sepakat mengakhiri sentimen lama itu.

Soekarwo menjamin akan ada nama Jalan Prabu Siliwangi di Surabaya.

Ahmad Heryawan akan membuat nama Jalan Hayam Wuruk di Bandung.

Tapi tidak ada jalan baru di Surabaya. Harus salah satu nama jalan yang sudah ada dikorbankan demi persatuan itu.

Dipilihlah Jalan Mas Trip.

Perkiraan semula tidak akan ada yang keberatan. Toh tidak ada tokoh yang bernama Mas Trip. Beda kalau yang dihapus itu, misalnya, Jalan Ahmad Dahlan.

Lalu siapa Mas Trip? Yang dibela Nanang dan keturunan Mas Trip itu?

''Mas'' itu nama sebutan untuk laki-laki, yang belum waktunya  dipanggil ''Pak'', tapi sudah tidak pantas dipanggil ''Dik''.

Sedang ''Trip'' itu singkatan dari Tentara Rakyat Indonesia Pelajar. Masih pelajar sudah jadi tentara. Masih SMP sudah angkat senjata. Masih kecil tapi sudah perang. Maka tidak layak lagi mereka dipanggil ''Dik'', meskipun juga akan lucu kalau dipanggil ''Pak''.

Banyaknya Mas Bonek di Surabaya kelihatannya mewarisi semangat Mas Trip ini.

Akhirnya terjadi kompromi. Nama Jalan Mas Trip tetap diganti Jalan Prabu Siliwangi. Soekarwo lantas membangun monumen Mas Trip di dekat dam Rolak Gunungsari itu. Yakni di pinggir Kali Mas yang membelah kota Surabaya.

Kalau monumen itu berwujud tiga tentara, mereka itulah tentara pelajar yang tewas dulu.

Beres.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: disway.id