Serangan China Ke Taiwan Akan Berdampak Pada Perdagangan Dunia

Serangan China Ke Taiwan Akan Berdampak Pada Perdagangan Dunia

Radartasik, Serangan militer China di Taiwan akan memiliki dampak yang jauh lebih besar pada perdagangan global daripada konflik yang sedang berlangsung di Ukraina menurut John Deng negosiator perdagangan utama Taipei.

Berbicara kepada Reuters di sela-sela pertemuan besar Organisasi Perdagangan Dunia di Jenewa, John Deng mencatat bahwa gangguan pada rantai pasokan internasional dan kenaikan harga komoditas yang disebabkan oleh serangan militer Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina berpotensi tidak ada artinya dibandingkan dengan konsekuensi dari serangan China ke Taiwan.

Deng menggarisbawahi ketergantungan dunia pada Taiwan untuk chip berteknologi tinggi yang digunakan dalam produksi teknologi seperti kendaraan listrik, ponsel dan banyak lagi.

“Gangguan pada rantai pasokan internasional, gangguan terhadap tatanan ekonomi internasional dan akan ada kekurangan pasokan di seluruh dunia,” katanya.

Taiwan saat ini mengekspor sebagian besar semikonduktor canggih dunia, menghasilkan lebih dari $ 118 miliar dalam ekspor tahun lalu dengan 40% dari ekspor tersebut dikirm ke China.

BACA JUGA:China Kecam Pembicaraan Dagang AS Dengan Taiwan

Sementara pemerintah di Taipei belum melaporkan tanda-tanda serangan yang akan segera terjadi dari China, Taiwan dalam siaga tinggi sejak perang di Ukraina dimulai, khawatir bahwa Beijing mungkin terinspirasi oleh konflik tersebut dan berusaha untuk merebut kembali apa yang dianggap sebagai wilayahnya.

Sementara itu China menyatakan mereka akan lebih memilih “penyatuan kembali secara damai” dengan Taiwan yang dianggapnya sebagai provinsi China, tetapi memperingatkan mereka masih memiliki “pilihan lain.”

Pekan lalu, Menteri Pertahanan China Wei Fenghe memperingatkan kekuatan asing agar tidak ikut campur dalam hubungan China-Taiwan, bersikeras bahwa jika ada yang berani memisahkan Taiwan dari China, Beijing akan berjuang sampai akhir tidak peduli berapapun biayanya.

Menanggapi peringatan Wei, Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang menyerukan pembicaraan damai dengan China, menyatakan Taiwan tidak ingin menutup pintu ke China.

Namun dia bersikeras bahwa Beijing menggunakan berbagai cara untuk menindas dan memperlakukan Taiwan secara tidak masuk akal sementara Taipei berusaha untuk bertindak dengan niat baik terhadap China.

“Selama ada kesetaraan, timbal balik dan tidak ada prasyarat politik, kami bersedia untuk terlibat dalam niat baik dengan China,” tutur Su dikutip dari Russian Today.

Ia menambahkan bahwa pelecehan China terhadap Taiwan dengan pesawat militer, kapal perang, penindasan yang tidak masuk akal dan tindakan politik menjadi salah satu yang paling tidak masuk akal yang dialkukan oleh China.

Ketegangan geopolitik di kawasan itu baru-baru ini makin berkobar setelah Presiden Joe Biden menyatakan bulan lalu bahwa AS akan menggunakan kekuatan militernya untuk membela Taiwan jika China menginvasi pulau itu.

Amerika mengakui “Kebijakan Satu China”  tetapi tidak mendukung kedaulatan Beijing atas Taiwan dan memberikan jaminan intervensi militer AS dalam konflik China-Taiwan.

Meskipun komentar Biden kemudian dicabut oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, pemerintah China tetap gelisah dengan pernyataan itu.

Kekecewaan Beijing mekin bertambah setelah Pentagon baru-baru ini menyetujui penjualan senjata senilai $120 juta ke Taipei, yang menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian telah “sangat melanggar prinsip satu-China.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: russian today