Kasus Covid-19 Melandai, Bisnis Properti Diprediksi Meroket Lagi, Siap-Siap Berinvestasi

Kasus Covid-19 Melandai, Bisnis Properti Diprediksi Meroket Lagi, Siap-Siap Berinvestasi

Radartasik.com, Bisnis properti diprediksi akan meroket lagi seiring dengan melandainya kasus Covid-19 di Indonesia, bahkan pemerintah sudah menyiapkan strategi untuk transisi dari pandemi menuju endemi.


Situasi menuju endemi ini diharapkan investor sebagai momentum untuk bangkit. Bahkan sektor properti pun diperkirakan reborn pada 2022 ini secara perlahan.

Direktur SouthCity Peony Tang mengatakan, berdasar data survei Property Outlook 2022 Knight Frank Indonesia, residensial dinilai akan menjadi best performer pada tahun ini. 

Reborn perlahan dan diikuti sektor industri dan logistik,” ujar Peony Tang, Jumat (25/3/2022).

Pengusaha properti itu mengatakan, tahun ini semua pelaku ekonomi dan investor berusaha untuk bangkit. 2022 diharapkan sebagia momentum kembali pada situasi ekonomi semula, walaupun membutuhkan upaya lebih keras.

“Kami optimistis target tersebut akan tercapai, apalagi tahun 2022 industri properti diprediksi akan kembali bangkit,” imbuh Peony Tang.

Bentuk keyakinan itu, SouthCity terus menjalakan proyeknya di selatan Jakarta membangun Apartemen The Parc SouthCity sejak beberapa tahun terakhir. Bahkan pada Selasa (22/3) lalu telah memasuki tahap topping off alias penyelesaian konstruksi. Mereka menjadwalkan serah terima unit pada kuartal IV 2022.

“Pandemi Covid-19 yang sempat mengguncang perekonomian Indonesia. Kami tidak surut dan terus menyelesaikan pembangunan, tanpa ada penundaan apa pun,” tandas Peony.

Menurut Peony, bagi investor properti adalah pilihan yang paling menjanjikan dan investasi paling aman. Properti sebagai instrumen investasi dibandingkan investasi lainnya di masa ini.

“Dari nilai sewa dengan berinvestasi properti, para investor dapat memperoleh keuntungan dari rental yield sebesar 5 persen per tahun. Sementara deposito bank saat ini hanya 2,5-3 persen dan pajak atas bunga mencapai 20 persen,” kata dia.

Mengenal Co-Living, Hunian Mirip Kos-kosan

Kemacetan di kota-kota besar mendorong kaum urban untuk mencari hunian yang dekat dengan tempatnya bekerja. Konsep hunian dengan fasilitas komprehensif, harga terjangkau, dan lokasi strategis, seperti co-living kini semakin banyak diminati masyarakat. 

Sayangnya, saat ini belum banyak pengembang yang membuat konsep properti seperti co-living.

Ferry Salanto, Senior Associate Director Colliers International mengungkapkan konsep co-living mirip seperti kos-kosan dimana fasilitas umum dapat dipakai bersama.

“Kebutuhan orang untuk sewa hunian yang terjangkau dan lokasi strategis masih sangat besar, sementara pasokannya belum banyak. Saya lihat potensi ini cukup baik bagi pengembang dan pengelola yang ingin bermain dibisnis ini,” terang Ferry mengenai konsep hunian co-living di Jakarta, Selasa (8/10/2021).

Menurutnya, pemain apartemen/hunian sewa di tengah kota lebih diperuntukkan bagi kelas menengah atas. Sehingga kelas menengah bawah lebih memilih hunian berupa kos-kosan

Hal itu terlihat dari jumlah pekerja kelas menengah yang tinggal di tengah kota belum banyak.

“Dari sisi bangunan, ada pengelola yang mengklaim properti yang dikelolanya itu co-living, tapi konsepnya masih kayak apartemen biasa, belum ada sesuatu yang mencirikan kalau itu co-living,” bebernya.

Menurutnya, potensi dan peluang bisnis untuk menciptakan hunian co-living masih terbuka lebar. Pengembangan co-living opsinya bisa bermacam-macam, contohnya developer yang bangun, terus menjual ke investor untuk disewakan. Atau developer mendirikan satu bangunan untuk co-living lalu dikelolanya sendiri.

“Bisa juga bangunan co-living dibangun terus ditawarkan ke operator untuk pengelolaan. Potensi bisnisnya besar, dan bisnis co-living biasanya hidup dari penyewaan,” imbuh Ferry.

Ferry menjelaskan apabila ada konsep hunian seperti apartemen yang ukurannya bisa diperkecil dan dibentuk co-living dengan harga mendekati kos-kosan, akan banyak peminatnya.

“Properti yang harus digerakkan itu yang bisa menjangkau end user dan bisa diterima soal harga, konsep dan lokasi seperti co-living ini. Investor bisa masuk ke segmen bisnis ini karena punya potensi yang sangat besar, dan pemainnya juga belum banyak,” tegasnya.

Peluang konsep hunian co-living ini dilirik PT Hoppor International atau yang lebih dikenal dengan nama Kamar Keluarga.

CEO Kamar Keluarga Charles Kwok mengatakan pihaknya telah melihat potensi ini sejak beberapa tahun lalu. Ia melihat bahwa masyarakat yang menginginkan hunian dengan konsep co-living sangat besar.

Saat ini kamar yang dimiliki Kamar Keluarga ada sebanyak 2.041 di 75 lokasi strategis dan gampang diakses oleh transportasi umum yang berada di Jabodetabek dan Bandung. 

“Kami memanfaatkan teknologi berbasis web dan aplikasi untuk memberikan fasilitas dan pelayanan, sehingga seluruh kebutuhan end to end pelanggan dapat terpenuhi hanya dengan telepon genggam saja,” kata Charles.

Menurut Charles, 5 strategi ditempuh Kamar Keluarga dalam mengembangkan bisnisnya. Diantaranya, Kamar Keluarga membantu pemilik tanah membangun properti dan nantinya menggunakan sistem bagi hasil.

Pihaknya juga membantu para investor pemula yang belum pernah berbisnis properti, dalam hal mencari, membangun dan mengelola properti hingga menghasilkan Return of Investment (RoI) yang memuaskan, serta mendukung pertumbuhan ekonomi melalui sektor properti di Indonesia. (jp)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: