Pantai Tasela: Punya Potensi Tsunami Besar, Namun Tak Punya Pendeteksi Dini, DPRD pun Bersuara Lantang
Reporter:
Usep Saeffulloh|
Jumat 25-03-2022,11:00 WIB
Radartasik.com, TASIK — Pantai Tasikmalaya Selatan (Tasela) masuk zona subduksi Jawa Barat-Tengah, yakni Kabupaten Garut, Tasikmalaya dan Pangandaran, yang memiliki potensi gempa besar 8,7 magnitudo, sehingga memungkinkan terjadinya tsunami 23 meter.
Namun di tengah potensi bencana alam tersebut, sampai saat ini berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (
BPBD) Kabupaten Tasikmalaya,
Pantai Tasela belum memiliki alat pendeteksi dini
tsunami.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Kabupaten Tasikmalaya dari Daerah Pemilihan (Dapil) Tasikmalaya Selatan bersuara lantang menyikapi ketiadaan alat pendeteksi
tsunami tersebut.
"Walaupun pengadaan itu adanya di tingkat pusat, tetapi harus direspons oleh pemerintah daerah dengan upaya pengajuan," kata
Hidayat Muslim kepada radartasik.com, Jumat (25/3/2022)
Prediksi soal potensi gempa dan
tsunami di Tasela dari
BMKG, kata
Hidayat Muslim harus direspons dengan pemasangan alat pendeteksi dini
tsunami, karena dengan alat itu akan menjadi patokan masyarkat untuk menyelamatkan diri sebelum terjadinya bencana
tsunami.
Apalagi, kata dia, pantai selatan sangat riskan dilanda bencana alam. Itu berdasarkan hasil mitigasi
BMKG.
"Seharusnya ada tiga alat yang terpasang, yakni di perbatasan Garut, Cipatujah dan Cikalong. Kalau tidak tiga, ya dua minimal yakni di Pantai Cipatujah dan Cikalong," ujarnya berharap.
Terjadinya
tsunami di Pantai Selatan sudah pernah terjadi pada 2006. Menurut
Hidayat Muslim, itu harus menjadi perhatian serius pemerintah, karena tidak adanya alat itu langsung saja terjadi bencana itu.
"Tentunya dengan adanya alat tersebut ada patokan terlebih dahulu sebelum terjadinya
tsunami, makanya sangat diharapkan sekali oleh kami sebagai masyarkat," ujarnya.
Pemerintah Harus Merespons Cepat
Hidayat Muslim meminta pemerintah daerah merespons cepat adanya peringatan dini dari
BMKG itu, tentunya dengan berbagai upaya seperti sosialisasi, edukasi bahkan harus adanya pembentukan masyarkat tanggap darurat bencana.
"Tentunya pemerintah juga harus mempersiapkan SDM ataupun anggaran untuk merespons adanya peringatan dini itu," ujar
Hidayat Muslim.
H Ucu Mulyadi, Ketua Fraksi PAN DPRD Kabupaten Tasikmalaya. Foto:istimewa
Dalam wawancara terpisah, Anggota
DPRD Kabupaten Tasikmalaya dari Dapil Tasik Selatan lainnya, H
Ucu Mulyadi, mengatakan, alat warning system sudah seharusnya terpasang saat ini, apalagi pantai selatan sebelumnya sudah pernah terjadi bencana alam
tsunami pada tahun 2006.
Alat tersebut, nantinya akan menjadi salah satu patokan bagi masyarkat ketika terjadi gempa yang disertai
tsunami, walaupun itu tidak diingankan terjadi.
"Itu sangat dibutuhkan oleh masyarakat, tidak cukup hanya informasi melalui alat komunikasi saja, apalagi tidak semua masyarkat memegang alat komunikasi, tentunya dengan suara serine, masyarakat akan mendengar langsung," kata
Ucu Mulyadi.
Pada intinya, kata dia, saat ini masyarkat menunggu dan menginginkan adanya alat tersebut, apalagi setelah adanya infomasi prediksi akan terjadinya gempa dan
tsunami dari
BMKG.
"Walau kami berharapnya tidak terjadi itu, hanya prediksi saja," ujar
Ucu Mulyadi.
Punya Potensi Gempa dan Tsunami Besar
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten (
BPBD) Tasikmalaya, Yafit Khairul Adnan ST MT, sebelumnya, mengatakan,
Pantai Selatan Tasikmalaya selama ini belum memiliki alat pendeteksian dini
tsunami yang tersambung dengan suara serine di tiga kecamatan di Tasik Selatan.
"Untuk itu sejak dulu sudah kami mengajukan, baik di tingkat daerah, provinsi. APBD kita belum mampu mengadakan alat itu karena biaya cukup fantastis, tetapi kami setiap tahun terus mengajukan," kata Yafit Khairul Adnan kepada radartasik.com Kamis (24/3/2022).
Meskipun alat tersebut belum ada, tetapi Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya tetap berusaha berbagai deteksi, salah satunya dengan deteksi menggunakan kearifan lokal, seperti kentungan dan lainnya.
"Makanya imbauan kami khusus wilayah pesisir pantai masyarkat mengaktifkan kembali pos kamling setiap malam sebagai bentuk kewaspadaan," ujar dia.
Menurut Yafit Khairul Adnan, Tasela memiliki potensi terkena
gempa besar atau megathrust. Itu sudah sejak lama, bahkan bukan hanya ada satu tahu atau dua tahun, dan audah dibicarakan sejak lama oleh para ahli.
"Karena potensi itu kekuatannya cukup lumayan, bahkan 8,7 (skala richter) dengan prediksi ketinggian gelombang 23 meter tentunya terus disikapi oleh Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya," kata dia.
Untuk menyikapi potensi megathrust itu, kata dia, sebetulnya sudah sejak lama dilakukan oleh pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (
BPBD), Dinas Sosial dan lainnya. Khususnya di tiga kecamatan seperti Cipatujah, Karangnunggal dan Cikalong dengan 11 desa yang ada di pesisir pantai.
"Ada beberapa kegiatan yang telah kita laksanakan untuk menyikapi potensi megathrust itu, mulai dari edukasi dan sosialisasi, termasuk membentuk desa tangguh bencana, satuan pendidikan aman bencana dan lainnya," jelas Yafit Khairul Adnan.
Termasuk untuk antisipasi itu, pemerintah juga bekerja sama dengan pihak-pihak lainnya seperti Forum Pengurangan Risiko Bencana Kabupaten Tasikmalaya.
Di samping itu
BPBD juga telah menyusun rencana kontigensi
tsunami yang melibatkan seluruh pihak di pemerintah daerah pada tahun 2018 lalau.
"Kita juga sudah melaksanakan uji lapangan, bahkan kami juga melaksanakan simulasi ketika terjadi bencana
tsunami, bahkan itu juga dilakukan oleh BNPB, dan Dinas Sosial," kata Yafit.
Di samping itu, juga, pihaknya sudah melaksanakan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana
Tsunami.
Adapun untuk antisipasi bencana tersebut
BPBD Kabupaten Tasikmalaya bekerja sama dengan BNPB telah melakukan modeling evakuasi bencana
tsunami di Pantai Tasik Selatan itu.
Termasuk dilakukan modeling, mulai dari jalur evakuasi yang diperbaharui, sampai penentuan titik evakuasi sementara di atas ketinggian 30 MDPL dan tempat evakuasi akhir yang di setiap kecamatan ada satu.
"Itu sudah kita laksanakan pada bulan November lalu, dan alhamdulillah setiap kecamatan sudan ada titiknya," kata dia.
Adapun untuk, jalur evakuasi sendiri setiap desa ada beberapa jalur evakuasi, bahkan ada sampai tiga jalur, itu disesuaikan dengan kondisi pemukiman.
"Jalur itu dibuat strategis dan mudah dilalui oleh masyarkat dan terdekat bukit saat terjadi bencana," kata Yafit Khairul Adnan.
Sementara, untuk alat sendiri untuk pantai selatan sudah mendapatkan bantuan alat deteksi dini dari
BMKG mesin InaTEWS berbasis aplikasi.
"Alat itu akan mengeluarkan notifikasi ketika terjadi gempa, apakah terjadi
tsunami atau tidak setelah gempa," ujar Yafit Khairul Adnan.
Nantinya infomasi itu akan disampaikan langsung kepada masyarakat, bila notifikasi itu mendeteksi akan terjadinya gempa susulan atau
tsunami.
"Itu akan kita sampaikan langsung kepada pihak-pihak seperti kepolisian, koramil, kecamatan, desa, hingga relawan," ujar Yafit Khairul Adnan menjelaskan. (ujang nandar / radartasik.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: