Pernah Luluh Lantak 2006, Pantai Tasela Belum juga Punya Alat Pendeteksi Tsunami, Waduh…

Pernah Luluh Lantak 2006, Pantai Tasela Belum juga Punya Alat Pendeteksi Tsunami, Waduh…

Radartasik.com, TASIK — Hingga saat ini Pantai Selatan Tasikmalaya belum memiliki alat pendeteksian terjadinya tsunami atau limiting system


Padahal pada 2006 kawasan selatan Tasikmalaya pernah diterjang bencana tsunami dan menurut BMKG, masih memiliki potensi gempa besar 8,7 skala richter hingga bisa menyebabkan potensi tsunami 23 meter.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten (BPBD) Tasikmalaya, Yafit Khairul Adnan ST MT saat memantau evakuasi bencana longsor beberapa waktu lalu. Foto:Istimewa

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten (BPBD) Tasikmalaya, Yafit Khairul Adnan ST MT mengatakan, Pantai Selatan Tasikmalaya selama ini belum memiliki alat pendeteksian dini tsunami yang tersambung dengan suara serine di tiga kecamatan di Tasik Selatan. 

"Untuk itu sejak dulu sudah kami mengajukan, baik di tingkat daerah, provinsi. APBD kita belum mampu mengadakan alat itu karena biaya cukup fantastis, tetapi kami setiap tahun terus mengajukan," kata Yafit Khairul Adnan kepada radartasik.com Kamis (24/3/2022).

Meskipun alat tersebut belum ada, tetapi Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya tetap berusaha berbagai deteksi, salah satunya dengan deteksi menggunakan kearifan lokal, seperti kentungan dan lainnya. 

"Makanya imbauan kami khusus wilayah pesisir pantai masyarkat mengaktifkan kembali pos kamling setiap malam sebagai bentuk kewaspadaan," ujar dia.


Punya Potensi Gempat Besar 8,7 SR dan Tsunami 23 Meter


Menurut Yafit Khairul Adnan, Tasela memiliki potensi terkena gempa besar atau megathrust. Itu sudah sejak lama, bahkan bukan hanya ada satu tahu atau dua tahun, dan audah dibicarakan sejak lama oleh para ahli. 

"Karena potensi itu kekuatannya cukup lumayan, bahkan 8,7 (skala richter) dengan prediksi ketinggian gelombang 23 meter tentunya terus disikapi oleh Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya," kata dia.

Untuk menyikapi potensi megathrust itu, kata dia, sebetulnya sudah sejak lama dilakukan oleh pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Sosial dan lainnya. Khususnya di tiga kecamatan seperti Cipatujah, Karangnunggal dan Cikalong dengan 11 desa yang ada di pesisir pantai. 

"Ada beberapa kegiatan yang telah kita laksanakan untuk menyikapi potensi megathrust itu, mulai dari edukasi dan sosialisasi, termasuk membentuk desa tangguh bencana, satuan pendidikan aman bencana dan lainnya," jelas Yafit Khairul Adnan.

Termasuk untuk antisipasi itu, pemerintah juga bekerja sama dengan pihak-pihak lainnya seperti Forum Pengurangan Risiko Bencana Kabupaten Tasikmalaya. 

Di samping itu BPBD juga telah menyusun rencana kontigensi tsunami yang melibatkan seluruh pihak di pemerintah daerah pada tahun 2018 lalau. 

"Kita juga sudah melaksanakan uji lapangan, bahkan kami juga melaksanakan simulasi ketika terjadi bencana tsunami, bahkan itu juga dilakukan oleh BNPB, dan Dinas Sosial," kata Yafit.

Di samping itu, juga, pihaknya sudah melaksanakan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana Tsunami. 

Adapun untuk antisipasi bencana tersebut BPBD Kabupaten Tasikmalaya bekerja sama dengan BNPB telah melakukan modeling evakuasi bencana tsunami di Pantai Tasik Selatan itu. 

Termasuk dilakukan modeling, mulai dari jalur evakuasi yang diperbaharui, sampai penentuan titik evakuasi sementara di atas ketinggian 30 MDPL dan tempat evakuasi akhir yang di setiap kecamatan ada satu. 

"Itu sudah kita laksanakan pada bulan November lalu, dan alhamdulillah setiap kecamatan sudan ada titiknya," kata dia.

Adapun untuk, jalur evakuasi sendiri setiap desa ada beberapa jalur evakuasi, bahkan ada sampai tiga jalur, itu disesuaikan dengan kondisi pemukiman. 

"Jalur itu dibuat strategis dan mudah dilalui oleh masyarkat dan terdekat bukit saat terjadi bencana," kata Yafit Khairul Adnan.

Sementara, untuk alat sendiri untuk pantai selatan sudah mendapatkan bantuan alat deteksi dini dari BMKG mesin InaTEWS berbasis aplikasi. 

"Alat itu akan mengeluarkan notifikasi ketika terjadi gempa, apakah terjadi tsunami atau tidak setelah gempa," ujar Yafit Khairul Adnan.

Nantinya infomasi itu akan disampaikan langsung kepada masyarakat, bila notifikasi itu mendeteksi akan terjadinya gempa susulan atau tsunami. 

"Itu akan kita sampaikan langsung kepada pihak-pihak seperti kepolisian, koramil, kecamatan, desa, hingga relawan," ujar Yafit Khairul Adnan menjelaskan. (ujang nandar / radartasik.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: