Satgas Covid-19: Indonesia Sudah Melewati Puncak Gelombang Varian Omicron, Vaksinasi Terus Dikebut
Reporter:
Usep Saeffulloh|
Kamis 17-03-2022,13:00 WIB
Radartasik.com, Puncak gelombang varian Omicron di Indonesia telah terlewati. Itu ditunjukkan oleh tren perbaikan data-data kasus secara menyeluruh hanya dalam tiga minggu berturut-turut.
Berdasarkan data
Satgas Penanganan Covid-19 menunjukkan penurunan pada tiga indikator utama pandemi dalam seminggu terakhir atau periode 6 hingga 13 Maret 2022. Yakni kasus aktif, kesembuhan, dan tingkat keterisian tempat tidur (BOR) mingguan secara nasional.
Kasus aktif menurun dari total 475.951 kasus atau 8,28 persen menjadi 342.896 atau 5,82 persen. Kemudian, kesembuhan mingguan juga meningkat dari 305.179 atau (89,11 persen) menjadi 272.731 (91,60 persen).
”Kasus positif mingguan telah turun 64 persen setelah mencapai puncak tertinggi pada pertengahan Februari silam,” ujarnya Rabu (16/3/2022).
Kasus kematian, kata Wiku, juga menunjukkan tren menurun. Meski penurunannya lebih lambat.
”Kematian juga telah mengalami penurunan sebesar 10 persen dari puncak,” ucapnya.
Menurut Wiku, penurunan kasus aktif juga dipengaruhi peningkatan angka kesembuhan dan berkurangnya tingkat keterisian tempat tidur (BOR). Pada 6 Maret 2022 BOR nasional berada di angka 30 persen. Sementara per 13 Maret 2022 angkanya turun ke 20 persen.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menyatakan, meski pengendalian
Covid-19 terus membaik, pemerintah tetap mengedepankan sikap dan tidak terburu-buru dalam menetapkan kebijakan terkait pandemi. Akselerasi vaksinasi merupakan salah satu tantangan yang harus dilewati
Indonesia dalam penanganan pandemi.
”Pemerintah masih terus menggenjot capaian vaksinasi dosis primer secara lengkap serta dosis ketiga atau booster. Khususnya untuk lansia dan mereka yang memiliki komorbid. Ini juga penting untuk menekan angka kematian,” paparnya.
Di beberapa daerah, lanjut Johnny, upaya menurunkan angka kematian masih terkendala karena adanya pasien yang memiliki komorbid dan belum divaksin lengkap.
Selain itu, percepatan vaksinasi dibutuhkan untuk mendukung aktivitas masyarakat pada bulan Ramadan dan Idul Fitri.
”Pada saat Ramadan mobilitas dan kegiatan masyarakat meningkat. Kita ingin perlindungan sudah lebih optimal,” tuturnya.
Akselerasi cakupan vaksin dikebut agar tidak terjadi gelombang susulan pada masa puasa dan Lebaran.
”Mudah-mudahan kita akan mencapai 70 persen dari populasi telah menerima vaksinasi sebelum Idul Fitri,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Berdasar data satgas, masih ada 15 provinsi dengan laju vaksinasi dosis kedua dan ketiga yang masih rendah. Antara lain Banten, NTT, Kalimantan Barat, Lampung, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Barat. Kemudian Sumatera Selatan, Aceh, Sulawesi Utara, Papua Barat, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Papua, dan Sulawesi Barat. Cakupan vaksinasi dosis kedua di wilayah tersebut kurang dari 70 persen dan vaksinasi dosis ketiga kurang dari 30 persen.
Juru Bicara Pemerintah untuk
Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Reisa Broto Asmoro menjelaskan, penyintas
Covid-19 bisa mendapatkan booster minimal satu bulan setelah dinyatakan sembuh bila derajat keparahan penyakitnya ringan sampai sedang.
Sementara bagi penyintas dengan derajat keparahan penyakit berat, vaksinasi diberikan dengan jarak waktu minimal tiga bulan setelah dinyatakan sembuh. Vaksin booster sendiri dapat diberikan minimal tiga bulan setelah suntikan vaksinasi dosis kedua.
”Jarak dari vaksin lengkap ke booster minimal tiga bulan,” katanya.
Per 15 Maret 2022, sebut Reisa, tercatat 72,84 persen sasaran vaksinasi nasional telah mendapatkan vaksinasi
Covid-19 lengkap. Sedangkan untuk booster, baru sekitar 7,07 persen.
”Selain akselerasi cakupan vaksinasi, terdapat tantangan lain yang harus dilewati, yakni terkait angka kematian dan beberapa kebijakan baru masih dalam tahap evaluasi,” ujarnya.
Bali Buka Sepuluh Rute Penerbangan Lagi
Kebijakan relaksasi waktu karantina dan layanan visa on arrival diklaim telah mampu meningkatkan kedatangan turis internasional ke Bali melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar.
Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Novie Riyanto mengungkapkan, sejak dibukanya pintu masuk (entry point) ke Bandara I Gusti Ngurah Rai pada 7 Maret 2022, terjadi peningkatan kedatangan internasional dan domestik.
”Peningkatan ini di antaranya karena pelonggaran persyaratan menuju Bali (visa on arrival), penambahan rute penerbangan, serta diberlakukannya kebijakan relaksasi karantina,” ujar Novie dalam pernyataannya Selasa (15/3/2022) malam.
Novie menyebutkan, saat ini beberapa maskapai telah beroperasi melayani beberapa rute penerbangan internasional. Misalnya, Garuda
Indonesia melayani rute Narita—Denpasar, Singapore Airlines rute Singapura—Denpasar, Scoot rute Singapura—Denpasar, dan Jet Asia rute Singapura—Denpasar.
Dalam waktu dekat, ungkap Novie, ada tiga rute penerbangan internasional baru yang akan beroperasi. Yakni Garuda
Indonesia dengan rute Sydney—Denpasar, KLM rute Singapura—Denpasar, dan Malaysia Airlines rute Kuala Lumpur—Denpasar.
(jp)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: