Perajin Tahu Tempe di Tasikmalaya Masih Pilih Kedelai Impor, karena Kedelai Lokal Cepat Basi

Perajin Tahu Tempe di Tasikmalaya Masih Pilih Kedelai Impor, karena Kedelai Lokal Cepat Basi

Radartasik.com, TASIK — Saat harga kacang kedelai impor naik tinggi, para perajin tahu dan tempe di Tasikmalaya kesulitan, karena penggunaan kedelai lokal, hasilnya masih belum sebagus kedelai impor.



Itulah salah satu alasan Amat Riyanto, perajin tahu tempe di Desa Sukamulya, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya masih menggunakan kedelai impor

“Penggunaan kacang kedelai impor karena dari segi rasa lebih enak. Untuk kedelai lokal biasanya tidak bertahan lama dan cepat basi, rasanya pun kurang enak," kata Amat Riyanto, Selasa (22/2/2022).

Di samping itu, kedelai lokal juga saat ini susah didapatkan. Padahal sebelumnya, untuk pembuatan tempe dan tahu itu 30 persennya menggunakan kedelai lokal

"Sebetulnya kalau ada kedelainya bisa saja digunakan, tetapi hari ini kan tidak ada kedelai lokalnya juga," ungkap dia. 

Kenaikan harga kedelai impor di pasaran dipicu oleh cuaca ekstrem, sehingga terjadi gagal panen. Meskipun begitu Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya mengaku meningkatkan produksi kedelai lokal.

Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Tasikmalaya Nuraedidin mengatakan, kenaikan harga kedelai tersebut, informasinya bahwa adanya cuaca ekstrem, selain ada kenaikan harga secara global.  

"Makanya harga saat ini naik, dan langka barang," katanya kepada radartasik.com Selasa (22/2/2022).

Sejak lama, kata dia, untuk mengantisipasi kenaikan harga kedelai. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya terus meningkatkan produksi tanaman kacang kedelai.

Luas tanam kacang kedelai di Kabupaten Tasikmalaya sebelumnya 1200 hektare, namun kini kurang lebih 750 hektare. 

"Hampir komoditas itu pluktuasi berkaitan harga ataupun produksi saat panen, termasuk kedelai," ungkap Nuraedidin.

Karena salah satu antisipasi adanya kenaikan kedelai yang terjadi hampir setiap tahun itu, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya menggalakan penanaman kacang kedelai lokal

"Untuk penanaman kacang kedelai ini kebanyakan wilayah (Kecamatan) Pancatengah, Gunungtanjung," katanya.

Menurut dia, selama ini minat masyarkat terhadap tanam kacang kedelai masih minim, termasuk pemanfaatan kacang kedelai lokal untuk tahu dan tempe kurang, karena kualitasnya tidak sebaik kacang kedelai impor

"Makanya selama ini masih tergantung terhadap kedelai impor untuk bahan baku pembuatan tempe dan tahu," katanya.

Meskipun begitu, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya saat ini terus menggenjot peningkatan produksi kacang kedelai lokal, sehingga ke depan bila ada kenaikan harga seperti saat ini pembuatan tempe dan tahu bisa menggunakan kedelai lokal

"Kami terus berupaya meningkatkan produksi, bahkan membiasakan dan memanfaatkan lahan untuk kedelai ini," kata Nuraedidin. 


Pedagang Tahu dan Tempe Risau


Melonjaknya harga kacang kedelai di pasaran membuat perajin tempe dan tahu menjadi risau,

Karena perajin harus berpikir cara agar bisa tetap produksi tempe dan tahu meskipun harga kacang kedelai saat ini sedang melambung tinggi.

Harga kacang kedelai yang mencapai Rp 11.500 per kilogramnya membuat perajin tahu dan tempe di Kabupaten Tasikmalaya kewalahan.

Bahan baku untuk produksi tahu dan tempe tersebut dianggap memberatkan sehingga mereka mengancam menghentikan produksi selama tiga hari, sebagai bentuk protes.

Amat Riyanto, mengatakan, kebijakan mogok produksi ini merupakan kebijakan seluruh perajin tahu dan tempe nasional. 

Para perajin dan pedagang tahu dan tempe mogok produksi dan berjualan selama tiga hari. Dimulai 21 hingga 23 Februari 2022.

“Mogok produksi ini kita lakukan dengan tujuan protes kepada pemerintah dengan adanya kenaikan harga kedelai yang begitu tinggi,” katanya, Senin (21/22/2022).

Kenaikan harga kedelai itu menurutnya sudah dirasakan para perajin sejak satu bulan lalu.

Selama menjalankan produksi itu, dirinya merasakan beratnya biaya operasional yang harus ditanggung.

“Apalagi kita memiliki karyawan yang harus dibayar, makanya ingin adanya kebijakan dari pemerintah,” harapnya.

Selama ini, dengan naiknya harga kedelai yang mencapai Rp 11.500, dirinya menyiasati dengan cara memperkecil ukuran tahu dan tempe, demi mengimbangi biaya produksi.

“Hari ini kami tidak bisa lagi terus memperkecil ukuran, karena sudah sangat kecil dampak dari kenaikan sebelumnya. Kalau dikecilin ukuran malah akan rusak,” katanya.

Saat ini para perajin tidak bisa menaikkan harga lagi dengan ukuran yang sudah begitu kecil.

“Kami tidak bisa menaikan harga begitu saja, meskipun harga kedelai naik saat ini,” kata dia.

Saat ini pihaknya masih menjual Rp 1000 untuk satu batang tempe, sedangkan Rp 3000 setiap 10 biji tahu.

“Dengan dijual harga itu, kami rugi dengan harga kedelai Rp 11.500. Kami berharap pemerintah bisa membatu para perajin tempe tahu agar kami bisa terus berproduksi,” harap dia. (ujang nandar / radartasik.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: