Perajin Tahu Tempe di Tasikmalaya Masih Pilih Kedelai Impor, karena Kedelai Lokal Cepat Basi
Reporter:
Usep Saeffulloh|
Rabu 23-02-2022,12:00 WIB
Radartasik.com, TASIK — Saat harga kacang kedelai impor naik tinggi, para perajin tahu dan tempe di Tasikmalaya kesulitan, karena penggunaan kedelai lokal, hasilnya masih belum sebagus kedelai impor.
“Penggunaan kacang
kedelai impor karena dari segi rasa lebih enak. Untuk
kedelai lokal biasanya tidak bertahan lama dan cepat basi, rasanya pun kurang enak," kata Amat Riyanto, Selasa (22/2/2022).
"Sebetulnya kalau ada kedelainya bisa saja digunakan, tetapi hari ini kan tidak ada kedelai lokalnya juga," ungkap dia.
Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan
Kabupaten Tasikmalaya Nuraedidin mengatakan, kenaikan harga kedelai tersebut, informasinya bahwa adanya cuaca ekstrem, selain ada kenaikan harga secara global.
"Makanya harga saat ini naik, dan langka barang," katanya kepada radartasik.com Selasa (22/2/2022).
Sejak lama, kata dia, untuk mengantisipasi kenaikan harga kedelai. Pemerintah
Kabupaten Tasikmalaya terus meningkatkan produksi tanaman kacang kedelai.
Luas tanam kacang kedelai di
Kabupaten Tasikmalaya sebelumnya 1200 hektare, namun kini kurang lebih 750 hektare.
"Hampir komoditas itu pluktuasi berkaitan harga ataupun produksi saat panen, termasuk kedelai," ungkap Nuraedidin.
"Untuk penanaman kacang kedelai ini kebanyakan wilayah (Kecamatan) Pancatengah, Gunungtanjung," katanya.
Menurut dia, selama ini minat masyarkat terhadap tanam kacang kedelai masih minim, termasuk pemanfaatan kacang
kedelai lokal untuk
tahu dan
tempe kurang, karena kualitasnya tidak sebaik kacang
kedelai impor.
"Makanya selama ini masih tergantung terhadap
kedelai impor untuk bahan baku pembuatan
tempe dan
tahu," katanya.
"Kami terus berupaya meningkatkan produksi, bahkan membiasakan dan memanfaatkan lahan untuk kedelai ini," kata Nuraedidin.
Melonjaknya harga kacang kedelai di pasaran membuat perajin
tempe dan
tahu menjadi risau,
Karena perajin harus berpikir cara agar bisa tetap produksi
tempe dan
tahu meskipun harga kacang kedelai saat ini sedang melambung tinggi.
Bahan baku untuk produksi
tahu dan
tempe tersebut dianggap memberatkan sehingga mereka mengancam menghentikan produksi selama tiga hari, sebagai bentuk protes.
Amat Riyanto, mengatakan, kebijakan mogok produksi ini merupakan kebijakan seluruh perajin
tahu dan
tempe nasional.
Para perajin dan pedagang
tahu dan
tempe mogok produksi dan berjualan selama tiga hari. Dimulai 21 hingga 23 Februari 2022.
“Mogok produksi ini kita lakukan dengan tujuan protes kepada pemerintah dengan adanya kenaikan harga kedelai yang begitu tinggi,” katanya, Senin (21/22/2022).
Kenaikan harga kedelai itu menurutnya sudah dirasakan para perajin sejak satu bulan lalu.
Selama menjalankan produksi itu, dirinya merasakan beratnya biaya operasional yang harus ditanggung.
“Apalagi kita memiliki karyawan yang harus dibayar, makanya ingin adanya kebijakan dari pemerintah,” harapnya.
Selama ini, dengan naiknya harga kedelai yang mencapai Rp 11.500, dirinya menyiasati dengan cara memperkecil ukuran
tahu dan
tempe, demi mengimbangi biaya produksi.
“Hari ini kami tidak bisa lagi terus memperkecil ukuran, karena sudah sangat kecil dampak dari kenaikan sebelumnya. Kalau dikecilin ukuran malah akan rusak,” katanya.
Saat ini para perajin tidak bisa menaikkan harga lagi dengan ukuran yang sudah begitu kecil.
“Kami tidak bisa menaikan harga begitu saja, meskipun harga kedelai naik saat ini,” kata dia.
Saat ini pihaknya masih menjual Rp 1000 untuk satu batang
tempe, sedangkan Rp 3000 setiap 10 biji
tahu.
“Dengan dijual harga itu, kami rugi dengan harga kedelai Rp 11.500. Kami berharap pemerintah bisa membatu para perajin
tempe tahu agar kami bisa terus berproduksi,” harap dia.
(ujang nandar / radartasik.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: