Ternyata Sebelum Pergi Lakukan Ritual di Pantai yang Berujung Maut, Para Korban Jalani Rukyah

Ternyata Sebelum Pergi Lakukan Ritual di Pantai yang Berujung Maut, Para Korban Jalani Rukyah

Radartasik.com, JEMBER - Kasus meninggalnya 11 orang jamaah atau anggota Padepokan Tunggal Jati Nusantara akibat seret ombak dan tenggelam di Pantai Payangan Kabupaten Jember masih jadi perbincangan warga.


Informasi terbaru sebelum para jamaah padepokan itu pergi untuk melakukan ritual meditasi di Pantai Payangan, ternyata mereka mengikuti kegiatan rukyah.


Hal itu berdasarkan rekaman video yang beredar dan viral di media sosial.


Menurut beberapa sumber, vidio tersebut diambil di salah satu rumah anggota jamaah yang ada di Watuulo, sesaat sebelum melakukan ritual yang berujung maut di Pantai Payangan Sumberejo Kabupaten Jember.


Dalam vidio tersebut, terlihat seorang perempuan yang belakangan diketahui bernama Bintang yang menjadi korban selamat di ritual maut Pantai Payangan, sedang dirukyah oleh gurunya.


“Ayo minta maaf, bicara apa adanya sampean sama mama. Apa sampean uneg-uneg. Kamu ceritakan malam ini semuanya. Monggo,” jelas seseorang dalam video itu.


“Keselamatan hanya satu dua, tinggal bagaimana keikhlasan. Allah mentakdirkan segala sesuatu. Jangan sampai Inna lillahi,” kata pria dalam video ini.


“Bicara bintang. Apa yang sampaean lakukan selama seminggu atau tiga hari ini. Ayo sampaikan. Ayo ceritakan Bintang. Hilang kan. Saya selalu mengganggap saudara sama sampean,” kata pria yang diduga dianggap guru oleh jamaah padepokan itu.


Latifah, bibi Bintang, Minggu (13/2/2022) mengakui bahwa video yang beredar itu memang keponakannya Bintang bersama ibunya yang bernama Sulastri.


“Iya dalam vidio yang beredar itu Bintang keponakan saya. Ibunya bernama Sulastri ikut meninggal dalam ritual (Pantai Payangan),”kata Latifah, bibi Bintang.


“Kalau Bintang sendiri selamat, dan mengalami luka di kaki dan bagian perutnya, ini saya lagi menjemput di PKM setelah mendapatkan kabar,” ujarnya lagi.


Latifa menjelaskan, bahwa selama ini dirinya tidak tahu pasti kegiatan yang diikuti oleh kakak dan keponakannya tersebut.


“Yang saya tahu pamitnya untuk pengajian di pondok. Memang bilang ada ritualnya, dan baru 2 kali ini ritual di Pantai Payangan dengan cara berendam di laut, dan gak taunya yang kedua ini justru menjadi petaka,” beber Latifa.


Latifa juga menceritakan, bagaimana keponakannya bisa selamat dari gulungan ombak sedangkan ibunya terseret dan meninggal.


“Tadi pagi jam 6 bapaknya Bintang menghubungi saya bilang kalau Bintang mengalami musibah bersama ibunya di pantai,” jelasnya.


Dan Bintang cerita kalau saat kejadian dirinya dalam posisi berdiri bersama ibunya dengan cara berendam di pantai.


Saat berendam setengah badan itulah, tiba-tiba ombak besar datang, dan ibunya langsung tergulung.


Sedangkan Bintang sendiri saat ombak datang, bisa bertahan untuk tidak tergulung ombak, namun beberapa batu karang terasa membentur perut dan juga kakinya, sehingga kakinya mengalami luka.


“Bintang sendiri merasakan seperti ada batu yang menghantam perut dan kakinya, sampai terluka, sedangkan ibunya tidak diketahui dimana saat itu,” beber Latifa. (ral/pojoksatu)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: