Datang Sendiri Temui Warga Wadas Kontra Penambangan Andesit, Ganjar Minta Maaf dan Janjikan Tiga Hal

Datang Sendiri Temui Warga Wadas  Kontra Penambangan Andesit, Ganjar  Minta Maaf dan Janjikan Tiga Hal

Radartasik.com, PURWOREJO - Pasca terjadi bentrok antara aparat kepolisian dengan warga Desa Wadas, Purworejo kontra pengukuran lahan dan penambangan batu andesit beberapa hari lalu.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo kembali mendatangi Desa Wadas pada Minggu (13/02/2022). Namun berbeda dengan kedatangan sebelumnya yang dikawal aparat Keppres, kali ini Ganjar seorang diri.


Ganjar tiba di Desa Wadas sekitar pukul 12.30 WIB. Begitu tiba di masjid Nurul Huda, Ganjar Iangsung disambut ratusan warga Wadas. Mereka yang sudah berada di lokasi, menyambut Ganjar dengan nyanyian Yalal Wathon.


Tidak nampak ketegangan sama sekali dalam pertemuan itu. Ganjar disambut ramah dan hangat. Sejumlah warga juga tersenyum saat disalami Ganjar. Ia juga sempat menyapa Nurhadi, salah satu warga Wadas yang ditangkap dan sempat video call dengannya.


Kepada Nurhadi, Ganjar menanyakan kabar dan menawarkan pengobatan karena Nurhadi mengatakan sakit di bagian dada. “Diperikso ya, dironsen biar ketahuan sakitnya apa,” kata Ganjar.


Nurhadi tersenyum mendengar tawaran itu, namun, ia meminta pada Ganjar untuk diurut saja.


“Yasudah dipijetke ya, mas tulung ini pak Nurhadi nanti malam dipijetke,” tutur Ganjar.


Usai melaksanakan shalat Dzuhur, Ganjar kemudian duduk lesehan di teras masjid. Di sana, ia ngobrol dengan warga Wadas. Obrolan itu nampak gayeng sekali.


Meski yang dibicarakan serius, tapi pertemuan itu berlangsung sangat santai. Beberapa kali, Ganjar dan warga tertawa saat ada hal yang lucu yang disampaikan warga dalam pertemuan itu.


Saat ngobrol itu, Ganjar mengawali sambutannya dengan meminta maaf kepada warga Wadas atas kejadian yang kurang menyenangkan pada Selasa (08/02/2022) lalu.


Dalam kesempatan itu, warga secara bergantian menyampaikan uneg-unegnya pada Ganjar. Sejumlah warga banyak menceritakan peristiwa penangkapan yang mereka alami.

“Kami takut pak, suami saya ditangkap tanpa tahu masalahnya. Sekarang di rumah dan kalau lihat polisi atau pria asing berbaju hitam jadi ketakutan. Setiap hari mengurung diri di rumah, pintu selalu dikunci. Anak-anak juga trauma pak,” kata Waliyah, salah satu warga.


Warga lain, Ana menceritakan, ia dan suaminya ditangkap oleh pihak kepolisian saat konflik terjadi. Suaminya ditangkap saat sedang berada di perjalanan menuju Purworejo, sementara dirinya ditangkap saat berada di desa. “Kasihan anak saya pak, masih kecil. Bagaimana rasanya ditinggal kedua orang tuanya yang ditangkap polisi, pak. Kami warga masih trauma,” katanya.


Ganjar dengan sabar mendengar cerita-cerita dan tuntutan warga itu. Sebelum mengawali sambutannya, Ganjar meminta maaf atas peristiwa yang terjadi.


“Kulo nyuwun ngapuro kalih panjenengan (saya minta maaf pada bapak/ibu) atas peristiwa yang terjadi. Makanya saya datang ke sini secara langsung. Yang kedua, saya ke sini ingin mendengarkan langsung dari masyarakat dari persoalan yang ada. Saya juga ingin takziah, karena mendengar ada sesepuh di desa Wadas yang meninggal, semoga husnul khotimah,” kata Ganjar.


Setelah menemui langsung warga Desa Wadas, Ganjar menyebut, akan mengambil tiga langkah setelah pertemuan tersebut. Pertama, Pemprov Jateng akan melakukan evaluasi teknis, dan kedua metode pendekatan.


Ketiga terkait apa yang selama ini menjadi polemik pro dan kontra di antara warga Desa Wadas. "Hal yang ketiga ini sepertinya kurang, makanya saya datang ke sini dan ingin mendengarkan secara langsung,” ungkapnya.


Tetapi Ganjar merasa belum cukup jika hanya sekali datang ke Desa Wadas. Ganjar pun meminta izin ke warga untuk menginap dan tinggal di desanya lagi.


Ganjar ingin mendengar lebih dalam masalah warga yang menolak terkait rencana penambangan batu andesit di desa itu.


"Kulo pengen ngrungokke dhewe (saya ingin mendengarkan sendiri secara langsung), tetapi nek mung sepisan iki pasti mboten cukup (tapi kalau hanya sekali ini, pasti tidak cukup)."


"Nek kulo angsal, kulo izin nginep teng ndeso niki angsal mboten (kalau boleh, saya izin menginap di desa ini boleh apa tidak)," tanya Ganjar.


Siapa sangka, para ibu-ibu dan warga Wadas pun mengabulkan permintaan Ganjar. "Angsal Pak (boleh pak)," jawab warga kompak.


Mendengar jawaban itu, Ganjar langsung tersenyum. Ia mengatakan akan mengatur jadwal untuk bisa kembali datang ke Desa Wadas dan menginap di sana.


"Mangke kulo mriki nggeh, kulo tak nginep mriki kersane saget ngombe banyu Wadas (nanti saya kesini ya, saya menginap di sini supaya bisa minum air Wadas)," kata Ganjar.


Mukti, salah seorang warga Wadas mengungkapkan rasa terima kasih pada Ganjar yang datang langsung ke desanya dan mendengarkan keluhan warga.


Dia juga mengizinkan Ganjar untuk datang lagi dan menginap di rumah warga. "Tentu kami mengizinkan, kalau Pak Ganjar mau datang dan menginap di desa kami," ucapnya.


Mukti juga mengapresiasi Ganjar yang mau datang sendirian ke desanya untuk mendengarkan cerita dari warga.


"Kami senang, karena pak Ganjar mau datang sendiri, tanpa pengawalan dan mendengarkan cerita dari masyarakat secara langsung,” kata Mukti.


Dia juga mengapresiasi, Ganjar yang mau meminta maaf atas kejadian saat pengukuran tempo dulu.


“Kami sebagai masyarakat, menjunjung tinggi dan menghormati iktikad baik Pak Ganjar. Kami memaafkan beliau, tapi dengan syarat mencabut izin penambangan," pungkasnya.


Sementara itu, disinggung terkait apakah tuntutan warga untuk mencabut izin lokasi penambangan, Ganjar mengatakan hal itulah yang akan dibicarakan secara teknis.


“Belum, itu masalah teknis yang harus kita bicarakan. Tidak sekedar bicara cabut atau tidak cabut, tapi itu teknis. Itu yang saya katakan evaluasi teknis yang akan kami lakukan. Semua opsi masih ada peluang, makanya kita bicarakan,” pungkasnya. (zul/jpnn/jawapos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: